26 Mei 2016

1 Raja-raja 8:22-23 + 41-43 (Minggu 29 Mei 2016)



 BIARLAH SEGALA BANGSA MENGENAL NAMAMU YA TUHAN

Salomo adalah anak dari pasangan Daud dengan Batsyeba. Ia dikenal sebagai orang yang berhikmat. Salomo kemudian menjadi raja ketiga atas Israel Raya setelah Saul dan Daud. Salomo memiliki 700 isteri dan 300 gundik, semua cantik-cantik sebab seleranya memang tinggi. Isteri utamanya adalah orang asing, yaitu putri Firaun, raja Mesir. 

Bangsa yang dipimpin Salomo tergolong bangsa termasyur diantara bangsa-bangsa, baik karena kekuatan maupun budayanya. Seluruh kehebatan bangsa ini dan hikmat Salomo membuat banyak orang asing tertarik datang ke Israel. Kedatangan orang asing ini menjadi peluang bagi umat Tuhan untuk ‘menginjili’. Umat Tuhan dapat memperkenalkan Allah yang mereka sembah. Orang asing akan takjub akan kehebatan yang dimiliki umat Tuhan. Mereka boleh meyakini bahwa Tuhan adalah sumber atas segala yang dimiliki bangsa pilihanNya. Dengan demikian, mereka akan turut menyembah dan percaya kepada Allah Israel yang perkasa itu.
Salomo memang tidak main-main dengan misi yang Tuhan embankan kepada umatNya. Dalam acara pentahbisan Bait Suci yang dibangunnya, Salomo secara khusus menaikkan doa syafaat. Melalui nas bacaan ini, ada dua pokok doa syafaat yang disebutkan, yaitu rasa syukur atas kasih setia Tuhan kepada hamba-hambaNya dan orang asing yang datang mengunjungi negeri Israel. (a) Salomo memuji kebesaran Tuhan yang hebat. Allah setia akan janjiNya kepada hamba-hambaNya. Daud yang semula berinisiatif membangun Bait Allah, tak berhasil. Tetapi Allah berjanji akan memberkati keturunannya untuk mendirikan Bait Allah itu. Bait Suci itu telah terwujud di dalam masa kerajaan Salomo. Allah tak ingkar janji, Dia memelihara perjanjian dan kasih setiaNya. Itulah yang menjadi rasa syukur Salomo yang meluap-luap saat pentahbisan Bait Suci Allah. (b) Salomo berdoa agar orang asing yang datang ke Israel turut mengenal Allah Si Pemberi hidup. Ini merupakan kehendak Allah terhadap bangsa pilihanNya, agar mereka dapat menjadi berkat bagi seluruh suku bangsa. Dengan demikian, orang asing pun akan turut menyatu dalam arak-arakan yang panjang menuju hidup kekal.
Bait Suci merupakan tempat yang penting dan kudus. Bait Suci menjadi tempat perjumpaan Allah dan manusia. Dalam perjumpaan itu Allah menghendaki umatNya hidup dalam persekutuan dan akan berkenan mendengar setiap permohonan umat. Bait Allah adalah tempat berdoa.
Bait Suci memang bukan soal gedungnya melainkan orang-orang yang bersekutu (berkumpul) di dalamnya. Orang-orang yang membangun persekutuan dalam suatu pengharapan menantikan Tuhan datang kembali. Karena itu, agar penantian itu tidak membosankan maka ikatan persekutuan harus dibangun dalam jalinan cinta kasih Tuhan. Dengan demikian, penantian berlangsung dalam suasana penuh kesabaran dan sukacita.

Tuhan tidaklah mengkhususkan hanya orang-orang yang telah percaya saja beroleh keselamatan. Justru Tuhan menghendaki orang-orang percaya itu bergerak memperkenalkan Allah yang mereka nantikan sehingga orang lain turut percaya kepada Allah, memuliakan Allah, dan mendapat bagian dalam kehidupan kekal. Upaya yang setiap waktu dapat memperkenalkan Allah kepada orang-orang asing adalah turut serta mendoakan mereka. Tuhan akan mendengar doa-doa orang percaya, untuk kemudian menggerakkan orang asing turut menyembahNya. Pada saatnya segala bangsa di bumi tahu, bahwa Tuhan kita adalah Allah bagi semua bangsa, tidak ada yang lain. 
Orang banyak akan datang ke rumah Tuhan apabila ia merasakan kehadiran Tuhan di rumahNya yang kudus itu. Namun, orang-orang akan meninggalkan rumah kediaman Tuhan jika orang-orang yang di dalamnya menjadikan persekutuan sebagai ajang mempertontonkan kehebatan diri, sombong, angkuh, menghina dan menyakiti orang lain.
Gereja adalah tempat persekutuan. Gereja harus memelihara kasih. Jika kasih itu tidak ada di antara sesama, bagaimana mungkin melakukan kehendak Allah yang jauh lebih besar untuk mengasihi orang asing. Gereja hadir untuk menyaksikan Kasih dan kuasa Allah di dunia ini. Kehidupan warga gereja harus menjadi cermin dari kehidupan Yesus Kristus yang mengasihi semua orang tanpa memandang suku bangsa. Gereja hadir bukan untuk diri kita sendiri, tapi gereja hadir untuk mewartakan kasih Allah sehingga banyak orang mengenal dan menyembah Allah, dan beroleh berkat. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar