TUHAN
MENERANGI UMATNYA UNTUK MEMELIHARA LINGKUNGAN HIDUP
Tuhan itu baik.
Kalimat indah diucapkan apalagi sungguh dinikmati. Kebaikan Tuhan itu
berlangsung sejak manusia diciptakan. Tuhan terlebih dahulu mempersiapkan
segala kebutuhan manusia, termasuk hidup harmonis dengan alam. Tuhan membuat
taman di Eden dilengkapi sungai, sehingga pohon-pohon bertumbuh. Tuhan
menempatkan Adam dan Hawa di tempat asri nan indah itu untuk merajut cinta
kasih. Adam memasukkan kakinya ke dalam air dan Hawa mempermainkan air dengan
tangannya. Mereka memadu kasih di alam segar sambil meneguk air jernih dari
sungai mengalir. Tuhan berpesan kepada Adam dan Hawa, ‘Aku senang melihat
kalian menikmati taman ini. Keturunan kalian pun akan sangat gembira berada di
tempat seperti ini. Karena itu, peliharalah taman ini !’ (Kejadian 2:18). Adam
pun tersenyum dan Hawa tersipu malu atas ungkapan Tuhan itu. Dalam hati mereka
berkata, ‘Engkau sungguh baik. Semoga anak-anak kami kelak tetap dapat
memelihara dan menikmati keasrian alam ini’.
Kini, semua telah
berubah. Alam begitu rusak dan kotor. Manusia tidak lagi bersahabat dengan
alam. Panas atau gerah adalah kata-kata yang sering terucap dari mulut manusia.
Musim tak lagi teratur. Manusia mengeluh ; mengeluh saat matahari memancarkan
sinarnya, mengeluh saat matahari tak menampakkan diri, mengeluh saat datang
hujan, mengeluh saat musim kemarau. Manusia susah mencari makanan serta
kesulitan memperoleh air bersih. Bencana alam (banjir, longsor, kekeringan)
terjadi di berbagai tempat. ‘Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita
atau alam yang enggan bersahabat dengan kita’ cuplikan dari sebuah lagu Ebiet
G. Ade. Tentu jawabnya bukan pada rumput yang bergoyang, tapi manusia perlu merenungkan
sikapnya terhadap lingkungan.
Tuhan tidak akan
membiarkan alam ini porak-poranda. Tuhan telah menjadikan alam dengan
keseimbangannya terhadap hidup manusia. Tuhan menghendaki agar alam turut
mengungkapkan keagunganNya bagi manusia. Namun, jika manusia terus menerus
merusak bumi ini, maka Tuhan akan membaharuinya menjadikan langit dan bumi
baru. Itu yang dinubuatkan nas ini, yaitu kehidupan masa depan yang indah.
Ada sungai yang
mengalirkan air yang sangat jernih. Manusia menikmati air yang menyegarkan
tubuh. Air itu mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
Air sungai itu membasahi taman indah sehingga memberikan pertumbuhan yang baik
bagi pohon-pohon. Pohon-pohon itu menghasilkan makanan bagi manusia yang tak
pernah habis. Anak-anak Tuhan tak pernah kekurangan, sebab tiap bulannya pohon
itu menghasilkan makanan. Selain kebutuhan pangan, pohon-pohon itu juga
menghasilkan daun-daun yang dapat menyembuhkan penyakit. Segala jenis penyakit,
sekalipun sakit keras dan menjijikkan dapat disembuhkan daun dari pohon
tersebut. Intinya, tidak ada lagi laknat, tidak ada lagi najis di dalam
kehidupan manusia.
Hidup indah hanya
terjadi jika yang memerintah (mengelola) adalah Anak-anak Tuhan bersama dengan
Allah. Seluruh anak-anak Tuhan akan memerintah dengan memandang pada wajah
Allah. Allah akan selalu memberi ‘kode’ untuk dilakukan anak-anak Tuhan. Wajah
Allah menyinari umatNya, memberi kesejukan dan kedamaian. Mereka akan
memperlakukan setiap orang dengan adil. Anak-anak Tuhan tidak perlu memikirkan
kehidupan jasmani. Tak ada lagi keserakahan sebab semua telah Allah sediakan.
Seluruh anak-anak Tuhan hanya menaikkan pujian tanpa putus-putusnya, semua
beribadah menyembah Tuhan.
Allah menempatkan manusia di bumi ini dengan kuasa untuk mengelola,
sehingga terpenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun populasi manusia bertambah,
sesungguhnya Allah telah menyiapkan kesejahteraan hidup umatNya. Allah
memberikan segala kelengkapan untuk memelihara dunia ini, termasuk alat
teknologi untuk kemudahan mengolah bumi ini. Namun, manusia jatuh ke dalam
keserakahan. Manusia mengeksploitasi bumi yang didukung teknologi dengan
mengabaikan hukum, etika, dan moral.
Selain eksploitasi bumi yang luar biasa, manusia juga tidak peduli
terhadap lingkungan ; limbah industri, kebakaran hutan yang tidak dapat
dipadamkan; perambahan suaka alam, polusi udara di daerah perkotaan,
penghancuran terumbu karang, penimbunan hutan bakau untuk pemukiman, pembuangan
sampah tanpa pengolahan. Ketidakpedulian terhadap lingkungan ini telah
menimbulkan bencana alam ; banjir, longsor, kemarau panjang. Bumi menjadi
rusak. Jika manusia terus merusak bumi ini, maka akan dapat menimbulkan
kepunahan hidup manusia
Seminar tentang
kepedulian terhadap alam sudah sejak dahulu dan sering diselenggarakan, namun
yang muncul adalah kepura-puraan. Seminar lingkungan hidup tapi menggunakan
gelas plastik untuk menyajikan konsumsi adalah kemunafikan.
Gereja adalah
‘mandataris’ Allah untuk menguasai, mengelola dunia ini. Sepatutnya kita
memelihara dan memanfaatkan lingkungan bagi kehidupan manusia, sebagai bagian
dari karya Tuhan yang berkelanjutan. Sesungguhnya, Tuhan menyediakan air
kehidupan, air yang bukan saja membasahi tenggorokan tetapi melegakan hati
(rohani) manusia. Tuhan akan memenuhi rasa haus dan lapar anak-anakNya. Ia juga
adalah Tabib yang memberikan penyembuhan luka-luka karena dosa. Tuhan telah
mencukupkannya bagi tiap-tiap orang, termasuk untuk generasi yang akan datang.
Mari kita menghentikan keserakahan atas nilai-nilai dunia ini. Ingat,
orang serakah tidak akan ikut menjadi penghuni langit dan bumi baru yang
disiapkan Tuhan. Mereka akan terus gelisah di bumi yang dirusaknya sendiri dan
hidup dengan umpatan yang terucap spontan karena pe-el-en sering padam. Tapi
bagi orang taat akan firmanNya, maka sinar cahaya wajah Allah cukup menerangi hidupnya.
AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar