YESUS SUMBER AIR
KEHIDUPAN
Haus...haus....haus....suasana yang terus dirasakan manusia dalam hidupnya. Manusia pun
mencari yang dapat melegakan rasa hausnya. ‘air’ itulah yang dapat melegakan manusia dari rasa
hausnya.
Sikhar adalah nama
sebuah daerah yang terletak antara Yerusalem dengan Galilea. Daerah tersebut dihuni
oleh orang Samaria. Di tanah itu terdapat sebuah sumur, yang menjadi sumber air
bagi penduduknya. Yakub pernah membeli tanah di sini dan membangun sebuah
mezbah (Kej. 33:18-20). Itu sebabnya nama Yakub terus diingat oleh orang yang
tinggal di Sikhar. Orang Samaria bukanlah penduduk asli Sikhar, melainkan
pendatang. Mereka tinggal di daerah itu atas pemberian dari bangsa Assyur.
Ketika Yesus
melakukan perjalanan dari Yerusalem ke Galilea, maka Dia harus melewati Sikhar.
Yesus merasa letih, terlebih saat itu sedang terik matahari. Sejenak Yesus
beristirahat dan tepat di dekat sumur Yakub itu. Seorang perempuan Samaria
datang hendak mengambil air ke sumur itu.
Perjumpaan ini tentu
saja menimbulkan ketegangan, karena perempuan ini mengetahui bahwa Yesus adalah
orang Yahudi. Orang
Yahudi memandang rendah orang Samaria. Orang Samaria dan
Yahudi memiliki sejarah yang buruk, sehingga hubungan keduanya tidak pernah
akur. Selain hubungan yang kurang harmonis itu, orang Samaria memiliki
perbedaan dengan orang Yahudi ; Bait Suci orang
Samaria ada di gunung Gerizim (1 Raja 16:32), sedangkan orang Israel
memiliki Bait Suci di Yerusalem. Orang Samaria hanya menggunakan buka
Pentateukh, sedangkan orang Yahudi turut menggunakan kitab para nabi.
Perbedaan-perbedaan itu makin menimbulkan ketidakcocokan diantara keduanya.
Yesus mencairkan ketegangan
dengan membuka dialog (7) : ‘Berilah Aku minum’. Namun, permintaan air tersebut
ditolak oleh perempuan Samaria karena ia tak mengenalNya. Yesus kemudian
menyebut bahwa inilah bukti bahwa perempuan ini tidak mengenal kasih karunia
Allah. Sebab, jika perempuan itu telah mengenal kasih karunia Allah, maka ia
akan dapat bermurah hati kepada siapapun.
Ketika Yesus meminta air itu, mestinya
perempuan Samaria itu mencoba memahami siapa yang meminta itu. Tetapi perempuan
Samaria ini tak paham. Pikiran perempuan Samaria ini hanya tertuju pada air
dunia, air yang tak pernah memberi kelegaan.
Ia akan terus merasa kehausan, tak pernah terpuaskan.
Perempuan Samaria ini hanya hafal dengan pemberi sumur yang menghasilkan air ini,
yakni Yakub. Bagi perempuan Samaria ini, Yakub begitu besar. Yesus tidak menyangkal kebesaran Yakub yang memberi air melalui sumur itu.
Namun Yesus memberitahu bahwa air dari sumur itu akan membuat yang meminumnya
selalu haus lagi. Tetapi Yesus dapat memberikan air hidup, yaitu air yang memberikan kelegaan. Bahkan air yang bersumber dari Yesus akan
menjadi mata air di dalam diri yang meminumnya, sehingga memberi kelegaan
setiap saat. Air pemberian Yesus akan menyertai orang Samaria itu sampai
beroleh hidup kekal. Perempuan Samaria ini makin menyadari penting baginya air
hidup yang ditawarkan Yesus.
Nilai-nilai dunia yang semula dianggap
dapat memuaskan manusia ternyata sia-sia belaka. Sebagai contoh, sekalipun perempuan Samaria ini gonta-ganti suami tetapi tidak
memberikan kebahagiaan. Perempuan Samaria ini sadar bahwa ia tidak pernah
menikmati hidup bahagia. Pergumulan rumah tangga dan lainnya menjadi masalah
penting ketimbang persoalan air dunia yang hanya menambah kehausan.
Perempuan Samaria ini sadar akan
penyembahannya yang tidak benar karena ia menyembah allah yang tidak benar dan
di atas gunung. Bagi Yesus, penyembahan yang benar bukan soal tempat melainkan bagaimana setiap orang menyembah Bapa dengan roh dan kebenaran. Ibadat yang benar dilakukan tatkala orang dipimpin
oleh Roh Allah. Yesus telah membuka belenggu perempuan Samaria itu. Yesus hadir
menyelamatkan perempuan Samaria. Dia tidak lagi dilelahkan oleh dunia ini sebab
ia telah beroleh jaminan untuk kehidupan kekal.
Manusia memang akan terus membutuhkan air
untuk kelangsungan hidupnya. Manusia perlu melestarikan lingkungan agar manusia
tetap dapat memperoleh air bersih untuk menutupi dahaga kemanusiaannya.
Kebutuhan utama manusia modern pada masa
kini adalah rasa haus yang cenderung untuk ‘memiliki’. Karena itu
tidak mengherankan jikalau banyak
orang menghalalkan cara
untuk memiliki lebih banyak. Namun, semua itu menambah rasa haus yang
tak pernah terpuaskan.
Kita masih lekat dengan dosa dan keinginan
duniawi. Karena hati kita sesungguhnya tidak memuliakan Kristus. Kita cenderung
memuliakan diri sendiri dan kuasa dunia. Dalam Kristus tersedia mata-air yang
tidak pernah kering dan memuaskan dahaga. Rasa lega hanya ada dalam Kristus. Firman Tuhan (Matius 11:28) berkata, ‘Marilah kepadaKu, semua
yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu’. Marilah kita
datang kehadirat Tuhan dengan benar, menyembah dan memberi persembahan dengan
benar. Demikianlah kita menikmati kehidupan penuh kelegaan dan ketenangan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar