ORANG
BENAR AKAN HIDUP OLEH PERCAYANYA
Kita merindukan hidup tenang, aman, tenteram,
dan damai sejahtera. Kehidupan indah itu kita kehendaki terjadi dalam diri kita
dan tidak suka melihat apalagi mengalami penindasan, kejahatan, kelaliman. Kita
ingin bebas dari percekcokan, pertengkaran, dan aniaya. Kita tentu hendak
menikmati hidup sukacita dan bahagia.
Lalu, bagaimana jika penindasan atau kejahatan
itu terjadi di sekitar kita ? Inilah yang membuat Habakuk ngak tahan. Sebagai
seorang nabi, Habakuk cukup jeli melihat realita hidup. Dalam pengamatannya,
Habakuk sangat prihatin atas kehidupan umat Tuhan. Habakuk menyaksikan fakta
hidup terjadinya kejahatan, kelaliman, percekcokan, pertengkaran, dan aniaya. Segala
yang dilihat Habakuk itu menjadi pergumulan batin dalam dirinya. Hati Habakuk
makin tersayat ketika ia menyaksikan bahwa orang yang tertindas tersebut adalah
orang-orang lemah dan benar.
Hamba Tuhan, Habakuk tentu menyampaikan semua
itu dalam doa kepada Tuhan. Namun, kejahatan makin merajalela sehingga ia
berteriak : ‘Penindasan’.
Menarik sekali Analisa Habakuk, bahwa
penindasan dan kejahatan lainnya itu terjadi dikarenakan ‘hukum kehilangan
kekuatannya’. Sesungguhnya, Tuhan telah memberikan Hukum bagi umatNya. Hukum dilandasi
oleh cinta kasihNya demi keselamatan manusia. Hukum itu mestinya menjadi
patokan bagi manusia untuk menikmati hidup berkeadilan dan penuh sukacita.
Hukum diberikan untuk mengatur kehidupan manusia sehinggat tercipta
keharmonisan. Tetapi hukum telah dipermainkan, hukum kehilangan kekuatannya.
Akibatnya, keadilan muncul terbalik : orang benar menjadi salah, orang lemah
makin dilemahkan, dan penguasa bertindak sewenang-wenang.
Siapakah yang mempermainkan hukum itu ? Habakuk
menyebut, bahwa mereka yang mempermainkan hukum itu adalah orang fasik, yaitu,
‘orang yang membusungkan dada, tidak
lurus hatinya’ (2:4). Mereka bertindak dengan mengandalkan kekuatan tanpa
hati nurani. Orang fasik memutarbalikkan hukum sehingga orang benar dan lemah
mengalami penindasan.
Habakuk sadar, bahwa ia tidak kuasa untuk
menentang orang fasik itu. Ia hanya mampu berteriak, mengeluarkan keluhannya,
demi keadilan. Habakuk mencoba menenangkan diri dan menantikan jawaban Tuhan.
Inilah jawaban Tuhan kepada Habakuk :
1. Ukir
pada loh-loh
Tuhan memerintahkan Habakuk
untuk menuliskan semua yang dilihat dan menjadi pergumulannya pada loh-loh,
supaya orang dapat membacanya.
2. Orang
fasik
Orang-orang yang
memutarbalikkan hukum itu, cepat atau lambat akan menerima hukuman dan tidak
akan bertangguh. Orang jahat tampak menang namun mereka pasti diadili.
Habakuk percaya bahwa keadilan Allah akan
terjadi. Habakuk pun sampai kepada pemahaman teologis (2:4b) : ORANG BENAR AKAN
HIDUP OLEH PERCAYANYA. Inilah dasar yang kokoh bagi nabi dan tentunya bagi kita
untuk mengatasi tekanan yang sering dan banyak kita alami. Tuhan adalah
penguasa dan penentu atas segala kehidupan. Oleh sebab itu, kita boleh percaya
bahwa pada waktunya Tuhan akan bertindak dan menghapus segala air mata
orang-orang benar.
Dunia ini penuh dengan berbagai kejahatan yang
tampak secara langsung maupun tersembunyi. Semua kejahatan itu pastilah
pelanggaran terhadap hukum, yang mengakibatkan timbul korban. Hukum mestinya
dikawal dan ditegakkan secara benar. Jika hukum dibengkokkan, maka yang terjadi
adalah adu kekuatan ; Siapa yang kuat,
dia yang menang. PAJOLO GOGO PAPUDI UHUM.
Jika kekuatan yang mengatur kehidupan maka orang-orang lemah akan makin lemah,
dan orang-orang benar akan turut menderita. Ketidakadilan akan muncul dan
mengguncang tatanan hidup bermasyarakat.
Di tengah-tengah kehidupan ini ada hukum yang
mengatur manusia. Tujuan semua hukum itu adalah agar manusia hidup dalam
ketertiban dan kebenaran. Hukum merupakan penuntun bagi kita untuk memperoleh
kehidupan kekal. Namun, kita sering melanggar Hukum (Tuhan) dan hidup dalam
berbagai hal yang tidak baik. Kita perlu merenung, seberapa besar pelanggaran
kita atas hukum itu. Pelanggaran terhadap Hukum merupakan dosa. Pelanggaran
terhadap hukum akan membuat kehidupan manusia menjadi kacau ; penderitaan,
kemiskinan, diskriminasi dsb. Tetapi Tuhan telah berkorban untuk penebusan dosa
manusia, Kristus mati. Oleh sebab itu, kita orang-orang percaya perlu menyesali
dosa dan memohon pengampunan, sehingga kita beroleh kepenuhan Allah.
Terkadang hati kita tidak tahan melihat
tindakan orang-orang yang melanggar hukum. Kita mengkritisi dan ingin rasanya
berteriak. Tetapi orang percaya tidak boleh menyandarkan diri pada kekuatan
sendiri, melainkan harus pada kekuatan Tuhan. Oleh sebab itu, menghadapi
kejahatan membutuhkan daya tahan dan kesabaran dari orang percaya. Sumber
ketahanan dan kesabaran orang percaya ialah membangun hubungan yang kokoh dan
akrab dengan Tuhan.
Bapa Gereja bernama Agustinus mengatakan :
‘Tujuan hidup manusia adalah kesetiaan dan keselamatan.’ Kalaupun dalam hidup
ini kita menderita tetapi kita tetap setia kepada Tuhan. Bahkan ditengah-tengah
penderitaan ini, kita tetap berbuat baik, sebab itulah yang Tuhan kehendaki. AMIN