HENDAKLAH DAMAI
SEJAHTERA KRISTUS MEMERINTAH DALAM HATIMU (Kolose 3:15-17)
Kita baru saja merayakan Natal dengan tema
‘Datanglah, ya Raja DAMAI’. Apakah semua kita merasakan damai itu ? Min (-)
satu hari, Panitia Natal tentunya masih was-was dengan Natal yang akan
diselenggarakan. Tetapi setelah acara berlangsung, tampak rasa sukacita dari
panitia. Bahkan beberapa orang mengungkapkan rasa puasnya atas semua kegiatan.
Damai adalah soal hati manusia. Selama
minggu Advent, dan memuncak pada hari Natal, kita disuguhi tema damai. Manusia
diingatkan agar membuka hatinya untuk menerima ‘damai yang datang itu’. Hati
seorang manusia sangat menentukan hasil tindakannya. Jika hati manusia itu
dipenuhi suasana damai, maka segala perbuatan, prilaku, ataupun ucapannya akan
menghasilkan kedamaian. Sebaliknya, hati yang tidak terpelihara dengan baik
akan menimbulkan masalah, baik diri sendiri maupun orang lain.
Ada seorang pemilik perusahaan. Semua
pegawai mengenalnya sebagai seorang yang ramah. Suatu ketika ia datang ke
kantornya dan melihat dua orang (selain satpam) sedang beristirahat di depan
kantor itu. Lalu sang boss berkata ‘ sudah jam berapa ini ? Mereka menjawab
: jam 09.00, pak. ‘Saya sangat tidak
suka melihat pegawai yang tidak disiplin’, kata sang bos. ‘Berapa gajimu
sebulan, lanjut si bos. Lalu dijawab oleh mereka 1,5 jt. Sang bos lalu merogoh
kantongnya dan memberikan kedua orang itu masing-masing 1,5 jt, sambil berkata
; ‘Anda berdua jangan saya lihat lagi di bekerja di kantor ini’. Kedua orang
itu menerima uang itu dan pergi meninggalkan tempat itu.
Sang boss pun masuk ke dalam kantor dan
bertanya kepada sekretarisnya, ‘hei, apakah kamu melihat yang dua orang itu
tadi ? Jawab sekretarisnya, ‘ya, saya melihat, bapak berbincang-bincang dengan
mereka’. Sang boss : jangan saya lihat lagi mereka di kantor ini. Sekretaris :
lho, ‘kita membutuhkan barang-barang dari perusahaan mereka pak. Mereka itu
adalah pegawai perusahaan rekanan kita yang mengantar barang’. Si boss marah
sama sekretarisnya, ‘lho, mengapa anda tidak beritahu bahwa itu bukan pegawai
perusahaan kita ? sambil si bapak menggerutu, ia pun pergi ke ruangannya.
Mengapa itu bisa terjadi ? Karena sejak
dari rumah, hati sang bos itu tidak berdamai.
Damai akan menguasai kita senantiasa bila
kita berkenan diterangi oleh perkataan Kristus. Firman Tuhan itu sangat kaya,
yang dapat menjadi kekuatan kita dalam menjalani hidup ini. Damai tidak
diperoleh dari nilai-nilai dunia ini, tapi dari yang diberikan Tuhan. (Yohanes
14:27) : ‘Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu.’ Hidup damai berarti segala
tindakannya berasal dari Tuhan dan harus kembali pada kemuliaan Tuhan, bukan
bagi diri sendiri. Orang-orang yang sudah hidup damai akan mengalami
pembaharuan yang mencakup seluruh hidupnya. Ia telah meninggalkan hidup lama
dan menjalani hidup baru, seperti yang Tuhan perintahkan. Orang yang hidupnya
dipenuhi damai, ia juga manusia yang rendah hati, jauh dari kesombongan.
Seorang penemu tersohor Samuel Morse. Suatu
saat ketika ia ditanya apakah pernah berhadapan dengan situasi di mana ia sama
sekali tidak tahu apa yang harus diperbuat, dia menjawab; "Ya..aku pernah
berhadapan dengan situasi seperti itu, dan bukan hanya sekali. Dan jika saya
tak dapat melihat jalan atau jawaban secara jelas, saya akan berlutut dan
berdoa memohon terang, pengertian dan jalan dari Tuhan."
Morse menerima banyak penghargaan oleh
karena penemuan-penemuannya di bidang telegraf. Namun ia selalu dengan rendah
hati berkata; "Saya telah membuat aplikasi berharga di dunia telegraf,
namun itu bukan karena saya lebih baik, lebih hebat dari orang lain, tapi
karena Tuhan dalam rencanaNya untuk umat manusia, harus merevelasikan hal
tersebut lewat seseorang. Tuhan telah memilih untuk menyatakannya untuk dunia
lewat diriku."
Kerendahan hati tidak berarti berpikir
bahwa dirimu lebih rendah dari orang lain, tidak juga berarti kita memiliki
gambaran yang rendah atas kemampuan kita. Tetapi sebaliknya, kerendahan hati
berarti suatu keyakinan bahwa segala yang dilakukan merupakan anugerah Tuhan.
Secara lahiriah, jemaat Kolose mengalami
pertumbuhan. Namun, jemaat yang bertumbuh ini tetap dipengaruhi oleh berbagai
ajaran. Mereka belajar banyak tentang ajaran Yunani. Hal itu baik, hanya saja
mereka tidak mengembalikan semua itu pada Kristus. Sebab ketika sesuatu yang
dilakukan tidak kembali kepada Kristus maka dua hal yang mungkin dialami :
kekecewaan atau kesombongan. Memang kita perlu menguji diri kita sendiri apakah
damai yang dari Kristus sudah tinggal di dalam hati kita. Apakah tindakan kita
sudah diperintah dari hati yang penuh damai ? Orang yang hatinya damai tahu apa
yang harus dilakukan. Ia juga tahu kepada siapa ia mengadu akan segala keluh
kesahnya.
Ada seorang anak remaja, setiap kali ia
pulang sekolah, ia menyempatkan diri datang ke gerejanya. Apabila ia datang,
pendeta sering melihat dan bertanya pada anak itu, ‘mau ngapain’ ? Sang anak
akan menjawab : ‘mau berbicara dengan sahabat’. Suatu saat pendeta itu
mendengar anak itu berbicara dengan sahabatNya :
"Engkau
tahu, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek
walaupun teman2ku yang lain melakukannya.
Ayahku
mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih
buat kue ini! Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku
memberikan kueku yang terakhir buatnya.
Lucunya,
aku nggak begitu lapar.
Lihat,
ini sepatuku yang terakhir, mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa
sepatu. Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa, yang terpenting
aku tetap dapat pergi ke sekolah.
Oh
ya, tadi Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih
memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini
!!! Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya. Tolong jangan marahi Ibuku ya..?
Memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya
sekolahku. Itulah mengapa dia memukulku.
Ah..bagaimanapun
juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi
siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.
Ya..deh…aku
harus pergi sekarang. Selamat siang".
Si
anak itu pulang. Dan saat melewati Pendeta, si anak melambaikan tangannya
dengan senyum penuh sukacita. Itulah damai sejahtera yang dari Tuhan. AMIN