Sudah sering diajarkan atau dikhotbahkan
dalam Jemaat kita tentang tiga panggilan, tugas dan fungsi gereja, yaitu marturia atau bersaksi, koinonia atau bersekutu dan diakonia atau pelayanan kasih. Yang lain
menyatakan tugas, panggilan dan fungsi gereja ialah: pastorat atau penggembalaan, diakonat
atau pelayanan kasih dan apostolat
atau mengabarkan Injil. Ada juga yang merumuskan tugas, panggilan dan fungsi
gereja itu berdasarkan arahnya, yaitu yang arahnya ke dalam (persekutuan,
pengajaran, penggembalaan dan pemuridan), yang arahnya ke atas (ibadah yang
berisi pujian, doa dan persembahan), dan yang arahnya ke luar atau misi
(pekabaran Injil dan pelayanan diakonia kepada orang di luar Jemaat). Sudah
sering dikatakan agar Jemaat itu jangan hanya memikirkan dan mengurus dirinya
saja dan jangan hanya menyediakan anggaran untuk kebutuhan internal saja. Jika
demikian halnya, berarti Jemaat itu sudah menjadi Jemaat yang bersifat egoistis
dan egosentris, artinya hanya terarah ke dalam dirinya dan hanya berpusat
kepada dirinya sendiri.
Seharusnya Jemaat itu, khususnya Jemaat
besar, harus berpikiran luas (broad
minded), harus terarah ke luar (outward
looking). Gereja yang tidak bermisi adalah gereja yang lumpuh, bahkan
dikatakan sebagai gereja yang mati. Dikatakan lagi gereja itu harus menjadi
saluran berkat, kehadirannya di dunia ini harus berbuah bagi orang lain. Apa
yang dikemukakan di atas, umumnya di dalam gereja kita hanya menjadi wacana
saja, berupa teori dan konsep semata, tetapi tak terwujud dalam pelaksanaannya.
Bagaimana kehidupan Jemaat kita saat ini? Apakah Jemaat kita sudah betul-betul
memahami, menghayati dan melaksanakan tri
darma atau ke-tiga tugas panggilan gereja seperti yang dikemukakan di atas?
Apakah ke-tiga tugas panggilan gereja itu sudah terlaksana secara utuh dan
seimbang? Marilah kita mengevaluasi pengeluaran Jemaat kita tahun yang lalu.
Berapa persenkah dari seluruh pengeluaran Jemaat kita yang ditujukan kepada pelayanan
ke luar atau untuk pelayanan misi?
Jika pengeluaran Jemaat kita masih dominan
untuk kebutuhan pelayanan ke dalam diri sendiri saja, berarti Jemaat kita boleh
dikatakan masih Jemaat mirip dengan serikat, perkumpulan atau paguyuban, yang
hanya terarah ke dalam atau selalu berpusat ke dalam. Jika Jemaat itu kecil -
khususnya Jemaat yang berada di desa - mungkin masih dapat dimaklumi karena
kesanggupan mereka untuk mencukupi kebutuhan pelayanan masih terbatas. Tetapi
bagaimana dengan Jemaat yang besar? Banyak Jemaat yang besar, meskipun memiliki
banyak anggota tetapi pelayanannya hanya bersifat egoistis dan egosentris.
Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena kerelaan anggotanya dalam memberikan
persembahannya masih rendah, sehingga menyebabkan keuangan Jemaat hanya mampu
menghidupi diri sendiri. Masih banyak anggota Jemaat yang belum tulus hatinya
memberikan persembahan kepada TUHAN melalui Jemaat. Pemahaman anggota Jemaat
tentang persembahan hanya sekedar kewajiban anggota kepada organisasi atau
lembaga, yaitu Jemaat. Sama seperti serikat, perkumpulan atau paguyuban,
sebagai anggota dia berkewajiban membayar iurannya. Demikian juga anggota Jemaat
dalam memberikan persembahan bulanannya.
Dalam evaluasi pemberian persembahan
bulanan oleh anggota dalam sebuah Jemaat pada bulan Januari - Mei 2011,
rata-rata jumlah anggota Jemaat yang memberikan persembahan bulanannya hanya
50%. Ini mengindikasikan, Jemaat itu masih bersifat egoistis dan egosentris
karena masih banyak anggotanya yang masih bersifat egoistis dan egosentris.
Masih banyak anggotanya yang belum tergugah hatinya atas besarnya kasih Tuhan
Yesus dan berkat-berkatNya yang mereka terima dan belum tergerak hatinya untuk
mendukung pekerjaan Tuhan melalui persembahannya. Kita akan melihat di bawah
ini sebuah kesaksian tentang Jemaat yang tidak hanyamemikirkan diri sendiri dan
contoh Jemaat yang melaksanakan ‘amanat agung’ Tuhan Yesus.
Contoh
Dua Jemaat yang Tidak Egoistis dan Egosentris
Kita tahu bahwa kondisi ekonomi orang
percaya di Eropa 150 tahun yang lalu belum semaju sekarang, tetai mereka rela
mendukung penginjilan ke tanah Batak dan ke negara-negara lain. Demikian juga
gereja di Korea dewasa ini, mereka banyak mengutus Penginjil baik ke Indonesia
maupun ke negara lainnya.
Dalam buku yang ditulis Pdt. DR. Andar
Lumbantobing yang berjudul: Azas dan
Amanat Penginjilan, tahun 1971, dituliskan sebuah contoh Jemaat yang sudah
menghayati dan melaksanakan ‘amanat
agung’ Tuhan Yesus, sehingga tidak hanya memikirkan dan mengurusi
dirinya sendiri dan sudah berperan besar dalam Pekabaran Injil.
Ada satu Jemaat yang lowong Pendetanya,
meminta kepada seorang Pendeta agar sudi melayani Jemaat yang lowong itu.
Pendeta itu pun meminta budget Jemaat
tadi. Dia melihat bahwa target untuk Pekabaran Injil hanya 1/5 saja dari target
kebutuhan internal Jemaat itu. Pendeta itu mengatakan kepada pengurus Jemaat
itu, bahwa dia bersedia menjadi Pendeta di Jemaat itu, hanya apabila target
Pekabaran Injil ditukar dengan target kebutuhan internal Jemaat itu. Itu
artinya, target Pekabaran Injil lima kali lebih banyak dari target kebutuhan
internal Jemaat. Setelah pengurus Jemaat mengadakan rapat, tawaran Pendeta tadi
mereka terima dengan baik.
Setelah satu tahun Pendeta tadi melayani di
Jemaat itu, nyatalah bahwa pengharapan dan kepercayaan Jemaat tidak dikecewakan.
Sebab target untuk keperluan Pekabaran Injil dan kebutuhan internal Jemaat
sudah masuk melebihi target semula. Oleh karena itu Pelayanan Misi dan
kebutuhan Jemaat dapat berjalan dengan baik.
Satu lagi kesaksian Jemaat yang tidak
egoistis dan egosentris di Toronto, Kanada, dikutip dari buku yang ditulis oleh
DR. Oswald Smith yang berjudul: Merindukan
Jiwa Yang Tersesat, hal. 23.
Selama saya menjabat
sebagai Pendeta di The Peoples Church,
belum pernah setahun pun kami absen untuk tidak mengirimkan dana lebih banyak
bagi pemberitaan Injil di luar negeri. Bulan Januari yang lalu saya bertanya
pada bagian keuangan gereja, “Berapa jumlah anggaran yang telah terpakai bagi
keperluan gereja sendiri pada tahun
lalu?”. Setelah memeriksa buku, ia pun menjawab, “DR. Smith, pada tahun lalu
Bapak telah menggunakan uang sejumlah $39.000 bagi pekerjaan gereja di dalam
negeri.” Saya pun bertanya kembali, “Lalu berapa jumlah dana yang telah dikirim
ke luar negeri untuk tugas pemberitaan Injil?” Ia menjawab, “Tahun lalu Bapak
telah mengirimkan dana sejumlah $181.000.” Sebenarnya saya sendiri juga merasa
agak heran, dengan sedikit ragu saya pun bertanya, “Banyak sekali! Tapi apakah
Anda tidak keliru? Maksud saya sendiri?” Ia pun menjawab, “Tidak DR. Smith,
angka-angka itu benar! $39.000 untuk keperluan gereja sendiri dan $181.000
untuk dana Pekabaran Injil ke luar negeri.” Akhirnya saya pun berkata,
“Alangkah indahnya hal itu.”
Kedua Jemaat di atas kita yakini adalah Jemaat
yang besar, sehingga mereka dapat mengalokasikan dana untuk pelayanan ke luar
yang begtu besar persentasenya dibandingkan dengan dana untuk kebutuhan
internal. Tetapi bukan hanya karena jumlah anggota Jemaat yang cukup besar,
melainkan karena anggota Jemaatnya sudah terbeban untuk mendukung pekerjaan
TUHAN melalui persembahannya, mereka sudah sungguh-sungguh mau memuliakan
TUHAN dengan berkat yang mereka terima
(Amsal 3:9), sudah sungguh-sungguh menunjukkan kasihnya kepada Tuhan Yesus.
Besarnya kasih dan iman seseorang kepada Tuhan Yesus akan tercermin dari
besarnya persembahan yang dia berikan kepada Tuhan Yesus melalui Jemaat-Nya
berdasaran penghasilannya.
Sebenarnya ada banyak anggota Jemaat kita
yang sudah mempunyai penghasilan yang lumayan, apalagi tidak ada tanggungannya,
umpanya anaknya yang sdang kuliah. Tetapi untuk memberikan persembahan bulanan,
masih rendah nominalnya, bahkan ada yang memberikan secara tahunan. Harapan ke
depan, bahwa kita semua semakin menghayati besarnya kasih dan perbuatan TUHAN
untuk kita, sehingga kita terdorong untuk memberikan persembahan dengan
sungguh-sungguh kepada-Nya. Biarlah anggota Majelis Jemaat yang pertama-tama
menjadi teladan di Jemaat kita. Jika kita sudah bersedia memuliakan TUHAN
dengan harta kita, rela hati memberikan persembahan bulanan, maka Jemaat kita
tidak lagi dikatakan Jemaat yang egoistis dan egosentris. Dimana persentase
anggaran pelayanan sudah lebih besar ke luar. Dengan demikian Jemaat kita
betul-betul melaksanakan ‘amanat agung’ Tuhan Yesus.
Kita semua merindukan untuk menjadi Jemaat
yang demikian, Jemaat yang missioner, menjadi saluran berkat TUHAN bagi orang
lain. Jemaat yang semakin banyak terlibat, mendukung, berperan dan
berpartisipasi dalam lading penginjilan dan diakonia. Penggunaan anggaran yang
ada dalam Jemaat tidak lagi hanya terarah ke dalam dan untuk kepentingan diri
sendiri. Kita dipanggil supaya kita kaya dalam kemurahan seperti anggota Jemaat
di Makedonia (2 Kor. 8:2). Semoga Jemaat kita dapat sungguh-sungguh melaksanakan
tugas, panggilan dan fungsi gereja secara utuh dan seimbang.
Pdt.
Marisi Siregar, MA
Melayani di GKPI
Resort Bekasi - Wilayah Jabodetabek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar