Pelangi: Tanda Janji Kasih Setia Allah
Nuh dan keluarganya baru saja melewati suatu peristiwa yang paling
mengerikan sepanjang sejarah umat manusia. Semua mahluk di bumi, kecuali mereka
yang ada dalam bahtera telah musnah dalam peristiwa banjir besar. Mereka keluar
dari bahtera sebagai mahluk hidup yang masih bertahan di planet bumi ini, untuk
melanjutkan kehidupan baru sesuai rencana Allah.
Bumi yang semula dipenuhi mahluk berdosa telah musnah oleh murka
Allah. Namun dibalik murka Allah itu ada celah pengampunan sebab Allah tidak
hanya bermaksud menghukum bumi tetapi juga membaruinya. Nuh, keluarganya dan
segala binatang yang ada dalam bahtera terpilih untuk memulai kehidupan yang
baru itu. Mereka akan menjalani rangkaian sejarah keselamatan yang telah
dirancang oleh Allah.
Pelangi Sebagai
Jaminan
Orang yang baru saja mengalami ‘perstiwa mengerikan’ memerlukan
jaminan. Bayangkan betapa traumanya Nuh beserta keluarganya saat menjalani
hidup baru di bumi yang baru saja dilanda air bah yang mematikan. Ketika hujan
turun, mungkin mereka akan cemas. Bagaimana kalau hujan ini tidak berhenti?
Ketika mendengar suara Guntur, mungkin mereka akan ketakutan. Apakah air bah akan
datang lagi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan mengganggu pikiran mereka.
Allah mengerti itu, maka secara sepihak Allah membuat perjanjian
dengan Nuh, keluarganya dan seluruh binatang dan ternak yang bersama-sama
mereka. Bahwa Allah tidak akan memusnahkan bumi ini lagi dengan air bah. Untuk
meyakinkan mereka, sampai berkali-kali Allah mengucapkan janji-Nya (Kej.
8:21-22; 9:11,15) bahkan membuat ‘tanda’ untuk menguatkan janji itu (ay 13-14).
Setelah peristiwa air bah, Allah tidak lagi mengambil solusi
hukuman yang membinasakan umat manusia tetapi mengikutsertakan manusia sebagai
mitra-Nya dalam perjanjian keselamatan. Dalam Kej. 9:12-13, Allah
berfirman: "Inilah tanda
perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup,
yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku
Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi”. Tanda
perjanjian keselamatan Allah yang penuh anugerah dinyatakan melalui simbol
busur (qeset). Semula dengan busur
yang dilengkapi dengan anak panah dipakai oleh Allah untuk memanah setiap umat
yang berdosa, sehingga mereka binasa. Tetapi setelah bumi dibersihkan dari
perbuatan dosa, Allah mengambil keputusan untuk menempatkan kasih-karunia-Nya
yang membarui kehidupan umat yang berdosa. Karena itu simbol busur (qeset) yang dilambangkan dalam
wujud pelangi bermakna ‘tumbuhnya pengharapan dan keselamatan yang baru’.
Busur Allah yang pernah membinasakan kehidupan umat kini berubah
fungsi menjadi busur senjata Penebus dan Penyelamat bagi umat yang
berdosa. Sebagai Penebus dan Penyelamat, Allah menggunakan busur dan senjata-Nya
untuk menjaga dan melindungi umat agar mereka terjaga
dari serangan kuasa maut. Itu sebabnya dosa umat yang begitu besar tidak lagi
menghalangi kasih-karunia Allah terus bekerja dalam kehidupan ini, sehingga
umat dikaruniai pengharapan dan kesempatan untuk bertobat. Sekaligus busur
Allah yang ditampilkan dalam bentuk pelangi untuk mengingatkan umat agar mereka
selalu ingat akan kasih karunia Allah yang menjaga dan melindungi mereka.
Sehingga umat dapat menjaga diri dari dorongan dan daya tarik dunia seperti
yang pernah dilakukan oleh orang-orang pada zaman Nuh.
Refleksi
Allah telah berjanji bahwa Dia tidak akan lagi menghukum bumi ini
dengan ‘air bah’. Allah telah memenuhi janji-Nya itu selama lebih dari 4.000
tahun. Sebagai orang percaya saya yakin dan saya memegang janji Allah itu.
Namun demikian kita harus meresponi janji Allah itu dengan suatu sikap yang
bijak, yaitu dengan menjaga dan memelihara bumi ini sebagai mandataris Allah. Jika
Allah sendiri berkenan menjadikan pelangi sebagai alat untuk mengingatkan
diri-Nya akan janji-Nya sendiri, maka pelangi itu juga harus menjadi peringatan
bagi kita, manusia. Agar kita turut “memegang” janji Allah itu, dengan menjaga
dan memelihara “stabilitas kosmis” sebagaimana dikehendaki-Nya.
Dalam praktek hidup sehari-hari, betapa sering kita melupakan dan
mengabaikan perjanjian keselamatan Allah yang telah dianugerahkan dalam
kehidupan kita. Itu sebabnya perjalanan hidup tidak lagi kita hayati sebagai
suatu ziarah iman, tetapi sebagai rangkaian panjang petualangan akan dosa.
Padahal relasi khusus yang diikat oleh Allah dalam perjanjian-Nya bertujuan
agar kehidupan kita dapat menjadi suatu ziarah iman di mana kita harus selalu
haus akan kebenaran-Nya. Tetapi ketika rasa haus kita tidak lagi terarah kepada
kebenaran Allah, maka rasa haus kita akan berubah menjadi rasa haus akan
kenikmatan dunia ini. Dalam situasi yang demikian, kita perlu bersikap seperti
pemazmur yang berkata: “Beritahukanlah
jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku
berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang
menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (Mzm.
25:4-5).
Dalam 2 Petrus 3:6-7 dikatakan, “dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan
oleh air bah. Tetapi oleh firman itu
juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari
penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.” Nas ini mengingatkan kita
bahwa air bah tidak akan datang, namun api neraka pasti menjadi hukuman bagi
orang-orang berdosa. Mari kita merenungkan ‘pemanasan global’ yang terjadi di
zaman ini, yang jelas-jelas terjadi akibat ulah manusia, meyebabkan bumi ini
semakin panas. Lapisan ozon yang meyelimuti
bumi dari sinar matahari semakin menipis akibat emisi (pengeluaran) karbondiokasida yang berlebihan yang berasal
dari pembakaran hutan, asap pabrik, kendaraan bermotor dan gas. Oleh karenanya,
panas sinar matahari yang sampai ke bumi pun berlebihan. Di Amerika, pada tahun
2005, ribuan orang mati karena sengatan sinar matahari. Di Banglades, ribuan
orang mati karena kelaparan sebab panas matahari menggagalkan hasil pertanian.
Saat ini juga bermacam-macam penyakit muncul akibata radiasi sinar matahari.
Daya tahan tubuh mahluk hidup pun berkurang oleh karena radiasi sinar matahari
yang membuat cacat kromosom dalam
tubuh. Menjadi masuk akal bahwa Nuh bisa berumur 600 tahun sebelum peristiwa
air bah, namum setelah itu – sampai sekarang ini umur manusia semakin
berkurang. Sebab lapisan-lapisan air yang melindungi bumi sudah banyak tercurah
pada peristiwa air bah (Kej. 7:11-12).
Tuhan Yesus, Pelangi Bagi Orang Percaya
Air dan api bisa saja memusnahkan mahluk di bumi ini. Namun ada
satu jaminan bagi setiap orang percaya, dimana mereka tidak akan binasa oleh
sesuatu apapun. Dalam Yoh. 3:16 dikatakan, “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Tuhan Yesus Kristus menjadi tanda pelangi bagi setiap orang
percaya. Bertobatlah lalu percaya pada-Nya, dengarlah ajaran-Nya, lakukanlah
perintah-Nya, maka kita akan terhindar dari hukuman Allah dan hidup kekal akan
menghampiri kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar