JANGAN TAKUT, TUHAN
MENYERTAI (Matius 14:22-33)
Seorang pendeta melayani beberapa jemaat
(gereja) di pedalaman. Salah satu jemaat yang dilayani harus menempuh jalan
kaki sekitar delapan jam, dengan melewati hutan lindung. Sang pendeta telah
beberapa kali melayani ke jemaat ini. Kebiasaan sang pendeta jika melayani ke
jemaat ini berangkat dari rumahnya pada hari Sabtu siang sehingga tiba sekitar
magrib, dengan membawa paying dan senter. Suatu ketika, pendeta ini berangkat
menjelang sore dikarenakan ada kesibukan lain. Saat melewati hutan, hari sudah
gelap dan hujan rintik-rintik. Situasi ini sudah biasa dialami sang pendeta. Yang
tidak biasa di hutan gelap dan hujan rintik-rintik kali ini adalah, di kejauhan
sana terlihat nyala lampu teplok seperti menggantung di sebuah teras rumah.
Sang
pendeta menjadi merinding ketika dari sekitar rumah itu terdengar suara
anjing ‘mengaung’. Sang pendeta ketakutan dan berlari sekencang-kencangnya. Sang
pendeta pun tiba di perkampungan dan rumah tujuannya. Ia tampak sangat lelah
hampir pingsan. Setelah diberi minum dan sang pendeta agak tenang, si tuan
rumah bertanya, ‘apa gerangan yang terjadi’. Sang pendeta yang masih agak
lelah, pucat, dan ada rasa takut menceritakan pengalamannya di tengah hutan
itu. Intinya, sang pendeta bercerita bahwa ia melihat hantu. Sang tuan rumah
pun tersipu-sipu dan berkata, “wahhh…mestinya tadi pak pendeta singgah saja di
situ. Itu adalah rumah penatua kita yang baru dibangun. Dia pindah ke rumah itu
dua bulan lalu.” Sang pendeta pun menjadi tertawa dan sedikit malu sambil
berujar, “sebenarnya Tuhan sudah menyiapkan tempat persinggahan bagi saya. Tapi
saya kurang tanggap dengan kasih Tuhan itu”.
Kisah Yesus berjalan di atas air
ditempatkan setelah perikop yang mengisahkan jaminan hidup yang Yesus berikan
bagi manusia. Yesus melayani makan bagi 5000 orang (lih. Mat 14:13-21). Selanjutnya
Yesus memerintahkan murid-muridNya naik ke perahu dan mendahuluiNya ke seberang, untuk melanjutkan pelayanan. Perjalanan
murid-murid ternyata mendapat ancaman. Perahu mereka diombang-ambingkan
gelombang laut, karena angin sakal. Situasi ini terjadi pada tengah malam
yang gelap, dan tentu saja membuat
murid-murid menjadi panik. Pada saat itu pula,
Yesus datang kepada mereka dengan berjalan di atas air. Kehadiran Yesus
di sekitar perahu pada malam gelap gulita itu tidak mudah dikenal para murid.
Di tengah kepanikan itu, mereka hanya melihat bayang-bayang dan menambah
ketakutan, sehingga mereka berteriak : “itu hantu’. Di saat kepanikan dan
ketakutan melanda para murid itu, Yesus berkata : "Tenanglah!
Aku ini, jangan takut!" Kehadiran dan sapaan Yesus ini tidak serta
merta membuat para murid menjadi tenang. Petrus yang dikenal ‘spontan’ berseru
dan menjawab Yesus : "Tuhan, apabila
Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Yesus
menjawab : “datanglah”. Lalu, Petrus
turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika
dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak:
"Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang
dia dan berkata: "Hai orang yang
kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Yesus menolong, menyelamatkan
mereka dari badai yang mengamuk itu. Peristiwa ini membuat para murid lebih
mengenal Yesus dengan berkata : "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Kita senantiasa dilanda gelombang kehidupan
ini bagaikan badai yang mengamuk. Hidup menjadi begitu menakutkan, menyakitkan,
mengerikan. Situasi seperti itu membuat kita kehilangan pengharapan. Yang ada
hanyalah kepanikan disertai teriakan tanpa arah. Kita menjadi lupa akan penolong
yang setia. Semua orang pasti mendambakan ketenangan dalam hidup ini. Tanpa
ketenangan, hidup kita bagaikan laut
yang bergelora, mengakibatkan segala sesuatunya kacau, karena kita tidak dapat
mengatur dan mengendalikan diri sebagaimana mestinya.
Ada seorang ibu Rumah Tangga, yang dapat
saya golongkan sebagai orang saleh. Sehari-hari ia mengurus rumah tangganya
sedemikian rupa; memahami dan memberi dorongan atas aktifitas dan pekerjaan
suaminya. Sang ibu juga memperhatikan pertumbuhan, pergaulan, pendidikan dan
terutama kerohanian anak-anaknya. Sang ibu pun tidak lupa dengan interaksi
sosialnya di masyarakat, keluarga dan gereja. Kehidupan ekonomi mereka memang
sangat sederhana namun keluarga ini cukup harmonis. Gelombang kehidupan
menerpa. Pada suatu waktu suami dari ibu yang saleh ini menderita sakit. Penyakit sang suami tak
kunjung sembuh, walau sudah beberapa kali masuk-keluar Rumah Sakit. Sementara
keuangan keluarga ini makin menipis akibat penyakit suaminya. Padahal hanya
sang suami yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga ini.
Tuhan Pencipta pun menjemput sang suami
kehadapanNya. Tinggallah sang ibu tanpa harta benda dan tanpa penghasilan. Sementara, sang ibu harus
membiayai hidup anak-anaknya yang masih dalam pendidikan. Rasanya, wajar saja
jika ibu ini menjadi panik atas hidup yang dialami. Namun, ibu saleh ini
menghadapi realitas hidup tersebut dengan penuh ketenangan. Ketenangan hidup
yang dimiliki ibu ini tumbuh atas keyakinannya, bahwa Tuhan akan memberkati
orang-orang yang percaya kepadaNya. Sang ibu yang telah menjanda itu memiliki
secercah harapan !
Kita pun dalam hidup
ini seringkali mengalami hambatan, tantangan yang ringan maupun berat. Mungkin
dalam keluarga atau rumah tangga misalnya : masalah ekonomi, keluarga,
kesehatan, dan kematian. Juga dalam soal pekerjaan; prestasi, kesejahteraan,
jabatan, pangkat, hubungan persahabatan ke atas maupun ke bawah. Macam-macam
permasalahan hidup dapat saja membuat seseorang kehilangan ketenangan. Ketenangan
yang sejati dan abadi dapat kita peroleh pada Yesus Kristus. Ketenangan yang
didasarkan atas pengharapan pada Yesus Kristus memampukan kita menikmati damai
sejahtera. Paulus berkata (Kolose 2 : 6 – 7) : “Kamu telah menerima Kristus
Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah
kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah
teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
dengan syukur. Mari kita menghadapi tantangan hidup ini dengan senantiasa
memusatkan pandangan kita kepada Yesus, yang terus-menerus berkata, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar