LAYANILAH TUHAN (1 Raja 19:9-18)
Di
dalam hidup ini, kita seringkali menghadapi pergumulan. Akibat dari pergumulan,
tidak sedikit manusia mengalami rasa stress. Banyak hal yang membuat manusia
menjadi stress : Tuntutan hidup , membuat kesalahan sendiri, menyaksikan peristiwa
yang tidak benar. Termasuk pilpres yang tak berkesudahan.
Bagaimana
manusia menghadapi tekanan yang ada dalam dirinya tentu tergantung pada berat
pergumulan dan kedalaman imannya. Akibat tekanan yang dihadapi, seringkali
manusia merenung/menenangkan diri. Tetapi ada juga yang kemudian
mengkompensasikan diri (tidak lagi hidup apa adanya). Dan tidak sedikit orang yang tertekan lebih
memilih mengakhiri hidupnya. Mudah-mudahan tidak terjadi pada capres sekarang
ini. Hidup tertekan dan penuh pergumulan tidak memandang status sosial, ia bisa
dialami oleh siapa saja. Bahkan dalam bacaan firman Tuhan tadi, hidup tertekan
ini dialami oleh seorang hamba Tuhan, bernama Elia. Elia adalah seorang nabi
tetapi ia menghadapi tekanan hidup yang luar biasa. Elia merasakan tertekan
karena umat Tuhan tidak lagi taat kepada perjanjian Tuhan. Tugas seorang nabi
atau hamba Tuhan adalah, bagaimana agar
umat itu tetap setia kepada Tuhan. Ini sebuah tanggung jawab moral dari
seorang hamba. Rasa tertekan dapat juga terjadi karena terjadinya perusakan
rumah ibadah dan penganiayaan terhadap orang-orang percaya dan para hambaNya. Keadaan
ini sungguh-sungguh membuat Elia bergumul. Itu sebabnya, Elia pergi ke gua. Elia
sangat merasa takut oleh ancaman dan putus asa sehingga ia bersembunyi di gua
itu. Elia pergi ke gua untuk
menenangkan diri dan berdoa. Saat Elia berada di dalam gua itu, Tuhan datang
menampakkan diri. Tuhan bertanya : “Apakah
kerjamu di sini ?” Sapaan Tuhan ini mengagetkan dan menyadarkan dirinya.
Spontan Elia menjawab : “Aku bekerja
segiat-giatnya bagi Tuhan”. Dua kali ucapan ini disampaikan oleh Elia (ayat
10 dan 14). Perjumpaan Tuhan dengan Elia di gua itu telah mengalirkan Roh Tuhan
kepada Elia. Sehingga Elia memperoleh semangat baru. Di dalam pergumulan yang
berat sekalipun bukan menjadi penghambat untuk bekerja bagi Tuhan. Sebab kuasa
Tuhan lebih besar dari rintangan apapun. Sesungguhnya tidak ada rintangan untuk
bekerja bagi Tuhan.
Hal
lain yang perlu kita lihat dari firman Tuhan ini, ay. 11 - 13, tentang sifat
Tuhan. Dikatakan ketika ada angin keras, gempa, dan air “Tuhan tidak ada”.
Tuhan ada justru ketika “angin sepoi-sepoi”. Ini merupakan suatu penyataan Allah.
Tuhan dapat hadir dalam semua ruang dan tempat. Tuhan bisa hadir bersamaan
dengan angin, dengan gempa, dengan api. Tetapi kali ini Tuhan hadir dalam
suasana “angin sepoi-sepoi basa.” Tuhan hadir dalam damai. Walaupun Elia
menghadapi berbagai kekerasan, tetapi sebagai hamba Tuhan, ia harus senantiasa
penuh kelembutan. Walaupun tidak ada
nabi yang lain untuk bekerjasama, tetapi Tuhan selalu hadir memberi
pertolongan. Tuhan menginginkan agar Elia melayani dengan segala ketenangan dan
damai sejahtera. Tetapi “ketenangan” tidak dapat disamakan dengan adem-ayem
saja. Tuhan menginginkan Elia melakukan pelayanan dengan segala ketenangan
tetapi mampu memberi perubahan dalam berbagai hal.
Bekerja
bagi Tuhan merupakan tanggung jawab setiap orang yang menyatakan dirinya
percaya kepada Tuhan. Sesungguhnya, tidak ada alasan apapun bagi orang percaya
untuk mengatakan “saya tidak belum
dapat melayani Tuhan”. Orang percaya tetapi mengatakan, “saya belum
dapat melayani Tuhan”, sesungguhnya meniadakan kasih Tuhan. Seolah-olah tangan,
kaki, mulut, pikiran, anak, harta,dan pekerjaan yang diberikan Tuhan tidak
berfungsi. Padahal, apapun yang Tuhan berikan kepada manusia mempunyai fungsi
untuk melayani Tuhan. Oleh sebab itu,
jika orang percaya mengatakan belum bisa atau tidak mau melayani Tuhan, berarti
penyangkalan atau meniadakan pemberian Tuhan pada diri kita. Mengapa sulit atau
menyulitkan diri melayani Tuhan? Bukan karena kita tidak memiliki kekuatan untuk
melayani Tuhan, tetapi karena kita tidak memberi ruang bagi Roh Tuhan menguasai diri kita. Kita
menutup pintu hati untuk memberi Roh Tuhan bekerja di dalam diri kita.
Seharusnya kita mengundang dan memberi Roh Tuhan bekerja di dalam diri kita.
Sehingga Roh Tuhan itu menggerakkan kita untuk melayaniNya. “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan.”
Ungkapan ini sebuah semangat, yang perlu ada di dalam diri kita, bukan hanya
pada tugas-tugas pokok tetapi melayani tanpa batas bagi kemuliaan nama Tuhan. Bekerja bagi Tuhan jangan dipahami sebagai
beban, tetapi mestinya dipandang sebagai berkat. Bekerja segiat-giatnya,
melayani Tuhan ; merupakan tugas dan tanggung jawab dan bukti orang yang
percaya kepada Tuhan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar