12 Februari 2015

2 Korintus 4:3-6 (Minggu, 15 Pebruari 2015)



          TERANG DARI PENGETAHUAN TENTANG KEMULIAAN ALLAH


Dunia akan terus mengalami perubahan seiring dengan cara berpikir manusia. Perubahan itu akan membawa dampak bagi kehidupan manusia; menjadi kebaikan atau keburukan. Muatan perubahan itu layaknya membawa kebaikan (misalnya perkembangan technology), tetapi manusia dapat saja menyalahgunakannya, sehingga memberikan dampak buruk. Jika muatan zaman itu buruk, maka manusia akan makin menderita. Bila zaman itu menawarkan kebaikan tetapi manusia menyalahgunakannya, itupun akan membawa penderitaan bagi manusia. Manusia memang tidak bisa menghempang perubahan zaman, tetapi setiap orang harus memiliki sikap kritis atas perubahan. Jika sikap kritis tidak muncul dalam memandang sebuah situasi, maka manusia akan jatuh pada kesusahan.
Paulus telah menerima Injil, dan itu sungguh-sungguh mengubah hidupnya. Bukan hanya menerima saja tetapi Paulus juga diberi tugas untuk memberitakan Injil itu. Dengan baik sekali, Paulus menyebutkan, ‘Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya’ (Roma 1:16). Injil adalah terang, yang membuka hati manusia untuk mengetahui dan melakukan kasih, kebenaran, dan keadilan. Injil itu memampukan dan menuntun Paulus untuk melawan godaan dunia. Injil adalah benteng pertahananku (estomihi).
Injil itu jualah yang menjadi dasar utama digunakan Paulus untuk mengkritisi kehidupan di Korintus. Jemaat di Korintus sudah mendengar Injil itu tetapi hati mereka tertutup untuk kebenaran. Hati mereka lebih condong pada ilah zaman, yaitu segala yang trend, memberi kenikmatan sementara, serta memiliki nilai-nilai dunia. Namun, semua itu merupakan kejahatan, sebab di dalamnya penuh dengan penyembahan berhala, pemuasan nafsu, kerakusan, keserakahan, kesombongan, perzinahan, kemabukan. Mereka telah meng-ilah-kan dunia, mereka mengidolakan dunia, mereka lebih ingin menukmati dunia yang penuh kejahatan. Oleh karena tawaran dunia lebih menggiurkan hati, maka Injil menjadi tertutup. Berdasarkan terang Injil Tuhan, maka orang-orang yang demikian akan menuju kebinasaan.
Dalam memberitakan Injil, Paulus telah memposisikan dirinya sebagai hamba. Orang yang telah menerima Injil, adalah orang yang bersedia menerima dirinya sebagai hamba (bukan memperbudak diri). Dengan demikian pula ia dapat menyangkal diri, yang disebut memikul salib, rela dirinya dihina, ia siap dideritakan.
Tujuan utama pemberitaan Injil yang dilakukan adalah supaya orang menjadi percaya kepada Tuhan. Kalaupun ia menyebut dirinya dalam memberitakan Injil, itu hanyalah kesaksian. Orang yang telah hidup dalam Injil itulah maka pada wajahnya (dalam hidupnya) terpancar kemuliaan Allah.
Kristus telah mengemban amanat Allah. Kristus telah memberlakukan kasih dan kebenaran dalam hidupnya. Kristus telah menyangkal diri kemanusiaanNya, Kristus rela menerima hinaan orang banyak, Kristus rela menerima pukulan orang banyak. Pada akhirnya, Kristus mengampuni setiap dosa manusia. Itu sebabnya dikatakan (ay. Akhir) ‘kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.’ Kristus telah melakukan kehendak Allah itu, sekalipun pada sudut pandang dunia hal yang mustahil, tetapi Kristus telah melakukannya, maka terpancarlah kemuliaan Allah di wajahNya (Kristus).
Sesungguhnya, Injil telah menerangi hati yang menerima, sehingga "Dari dalam gelap akan terbit terang!". Orang-orang yang telah mengerti dan menerima Injil dalam dirinya, maka ia akan hidup dengan benar.

Kekuatan yang dihasilkan Injil :
-          orang yang telah diterangi Injil maka ia akan mengetahui kehendak Allah dan melakukannya dengan sukacita.
-          orang yang telah diterangi Injil bukan dicirikan dengan argumen hebat tentang Alkitab, melainkan sejauhmana ia memberlakukan firman Tuhan dalam ucapan dan tindakan
-          orang yang bersukacita tidak diukur dari seberapa besar yang dia miliki melainkan bagaimana ia menggunakan setiap pemberian Tuhan.
-          Orang yang telah menrima Injil dimampukan lebih kristis atas ilah zaman ini.
Ilah zaman sekarang yang bertentangan dengan Injil :
-          Membentengi diri dengan kuasa-kuasa dunia : korupsi, perdagangan manusia, penipuan, kuasa, jabatan.
-          Mencari kepuasan dalam percabulan, pemabukan, penyalahgunaan teknology
-          Membangun pertemanan bukan didasarkan kebenaran
Pengelolaan gereja : Pengetahuan sekuler yang mewarnai gereja, mestinya ajaran Kristus yang mewarnai. Gereja tidak harus memakai teori atau taktik dunia ini. Banyak yang sedap bagi dunia ini, tetapi tidak selalu tepat bagi gereja. Jangan sampai gereja digarami dunia, tapi gerejalah yang harus menggarami dunia. Oleh sebab itu, jangan paksakan pengetahuan sekuler di gereja. Jangan gereja sampai kehilangan roh Tuhan karena mengejar standar dunia ini. Dunia bisnis pasti mengejar keuntungan materi, tapi gereja harus mengutamakan pelayanan.
Ada orang yang tampaknya rohani tetapi arahnya juga adalah dunia. Orang berdoa arahnya dunia. Ini yang disebut pikirannya sudah dibutakan dunia ini. Seharusnya, Injil (berdoa, beribadah, saat teduh) bertujuan agar kita dikuatkan menjalani hidup ini dengan benar. Selanjutnya, jikalau apa yang kita minta atau kita peroleh haruslah kita gunakan untuk kemuliaan Allah. Karena itu, doa bukan sekedar kita memperoleh dunia ini (apa yang kita cari) tetapi yang utama kita dikuatkan dengan segala hidup yang kita jalani.
Ketika Injil telah menerangi hati manusia, maka segala sesuatu dirasakan sebagai sukacita. Orang yang mengalami sukacita dari Kristus akan dimampukan melakukan kehendak Allah. Orang yang melakukan kehendak Allah itu, maka diwajahnya terpancar kemuliaan Allah. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar