TERANG DARI
PENGETAHUAN TENTANG KEMULIAAN ALLAH
Dunia akan terus mengalami perubahan
seiring dengan cara berpikir manusia. Perubahan itu akan membawa dampak bagi
kehidupan manusia; menjadi kebaikan atau keburukan. Muatan perubahan itu
layaknya membawa kebaikan (misalnya perkembangan technology), tetapi manusia
dapat saja menyalahgunakannya, sehingga memberikan dampak buruk. Jika muatan
zaman itu buruk, maka manusia akan makin menderita. Bila zaman itu menawarkan
kebaikan tetapi manusia menyalahgunakannya, itupun akan membawa penderitaan
bagi manusia. Manusia memang tidak bisa menghempang perubahan zaman, tetapi
setiap orang harus memiliki sikap kritis atas perubahan. Jika sikap kritis
tidak muncul dalam memandang sebuah situasi, maka manusia akan jatuh pada
kesusahan.
Paulus telah menerima Injil, dan itu
sungguh-sungguh mengubah hidupnya. Bukan hanya menerima saja tetapi Paulus juga
diberi tugas untuk memberitakan Injil itu. Dengan baik sekali, Paulus
menyebutkan, ‘Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya’ (Roma 1:16). Injil adalah terang, yang membuka hati manusia untuk
mengetahui dan melakukan kasih, kebenaran, dan keadilan. Injil itu memampukan
dan menuntun Paulus untuk melawan godaan dunia. Injil adalah benteng
pertahananku (estomihi).
Injil itu jualah yang menjadi dasar utama
digunakan Paulus untuk mengkritisi kehidupan di Korintus. Jemaat di Korintus
sudah mendengar Injil itu tetapi hati mereka tertutup untuk kebenaran. Hati
mereka lebih condong pada ilah zaman, yaitu segala yang trend, memberi
kenikmatan sementara, serta memiliki nilai-nilai dunia. Namun, semua itu
merupakan kejahatan, sebab di dalamnya penuh dengan penyembahan berhala,
pemuasan nafsu, kerakusan, keserakahan, kesombongan, perzinahan, kemabukan.
Mereka telah meng-ilah-kan dunia, mereka mengidolakan dunia, mereka lebih ingin
menukmati dunia yang penuh kejahatan. Oleh karena tawaran dunia lebih
menggiurkan hati, maka Injil menjadi tertutup. Berdasarkan terang Injil Tuhan,
maka orang-orang yang demikian akan menuju kebinasaan.
Dalam memberitakan Injil, Paulus telah
memposisikan dirinya sebagai hamba. Orang yang telah menerima Injil, adalah
orang yang bersedia menerima dirinya sebagai hamba (bukan memperbudak diri).
Dengan demikian pula ia dapat menyangkal diri, yang disebut memikul salib, rela
dirinya dihina, ia siap dideritakan.
Tujuan utama pemberitaan Injil yang
dilakukan adalah supaya orang menjadi percaya kepada Tuhan. Kalaupun ia menyebut
dirinya dalam memberitakan Injil, itu hanyalah kesaksian. Orang yang telah
hidup dalam Injil itulah maka pada wajahnya (dalam hidupnya) terpancar
kemuliaan Allah.
Kristus telah mengemban amanat Allah.
Kristus telah memberlakukan kasih dan kebenaran dalam hidupnya. Kristus telah
menyangkal diri kemanusiaanNya, Kristus rela menerima hinaan orang banyak,
Kristus rela menerima pukulan orang banyak. Pada akhirnya, Kristus mengampuni
setiap dosa manusia. Itu sebabnya dikatakan (ay. Akhir) ‘kemuliaan Allah yang
nampak pada wajah Kristus.’ Kristus telah melakukan kehendak Allah itu,
sekalipun pada sudut pandang dunia hal yang mustahil, tetapi Kristus telah
melakukannya, maka terpancarlah kemuliaan Allah di wajahNya (Kristus).
Sesungguhnya, Injil telah menerangi hati
yang menerima, sehingga "Dari dalam gelap akan terbit terang!".
Orang-orang yang telah mengerti dan menerima Injil dalam dirinya, maka ia akan
hidup dengan benar.
Kekuatan yang dihasilkan Injil :
-
orang
yang telah diterangi Injil maka ia akan mengetahui kehendak Allah dan
melakukannya dengan sukacita.
-
orang
yang telah diterangi Injil bukan dicirikan dengan argumen hebat tentang
Alkitab, melainkan sejauhmana ia memberlakukan firman Tuhan dalam ucapan dan
tindakan
-
orang
yang bersukacita tidak diukur dari seberapa besar yang dia miliki melainkan
bagaimana ia menggunakan setiap pemberian Tuhan.
-
Orang
yang telah menrima Injil dimampukan lebih kristis atas ilah zaman ini.
Ilah zaman sekarang yang bertentangan
dengan Injil :
-
Membentengi
diri dengan kuasa-kuasa dunia : korupsi, perdagangan manusia, penipuan, kuasa,
jabatan.
-
Mencari
kepuasan dalam percabulan, pemabukan, penyalahgunaan teknology
-
Membangun
pertemanan bukan didasarkan kebenaran
Pengelolaan gereja : Pengetahuan sekuler
yang mewarnai gereja, mestinya ajaran Kristus yang mewarnai. Gereja tidak harus
memakai teori atau taktik dunia ini. Banyak yang sedap bagi dunia ini, tetapi
tidak selalu tepat bagi gereja. Jangan sampai gereja digarami dunia, tapi
gerejalah yang harus menggarami dunia. Oleh sebab itu, jangan paksakan
pengetahuan sekuler di gereja. Jangan gereja sampai kehilangan roh Tuhan karena
mengejar standar dunia ini. Dunia bisnis pasti mengejar keuntungan materi, tapi
gereja harus mengutamakan pelayanan.
Ada orang yang tampaknya rohani tetapi
arahnya juga adalah dunia. Orang berdoa arahnya dunia. Ini yang disebut
pikirannya sudah dibutakan dunia ini. Seharusnya, Injil (berdoa, beribadah,
saat teduh) bertujuan agar kita dikuatkan menjalani hidup ini dengan benar.
Selanjutnya, jikalau apa yang kita minta atau kita peroleh haruslah kita
gunakan untuk kemuliaan Allah. Karena itu, doa bukan sekedar kita memperoleh
dunia ini (apa yang kita cari) tetapi yang utama kita dikuatkan dengan segala
hidup yang kita jalani.
Ketika Injil telah menerangi hati manusia,
maka segala sesuatu dirasakan sebagai sukacita. Orang yang mengalami sukacita
dari Kristus akan dimampukan melakukan kehendak Allah. Orang yang melakukan
kehendak Allah itu, maka diwajahnya terpancar kemuliaan Allah. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar