YESUS ADALAH ROTI
HIDUP
Di dalam hidup ini manusia disibukkan oleh
dua hal : bekerja dan makan atau makan
dan bekerja. (bekerja = seluruh aktifitas kita ; makan = termasuk kebutuhan dan
kekayaan). Ketika saya masih pemuda/remaja, ayah saya sering berkata : “Godang
allang indahan i, asa gogo ho mangula” (banyaklah makan supaya engkau kuat
bekerja). Saya berpikir, mestinya ayah saya dulu berkata,
‘bekerjalah supaya banyak makanan kita’. Klo gitu pasti gua udah kaya coi....ini disuruh makan banyak...jadi tidurlah.
Manusia perlu bekerja untuk makan, sehingga
ia hidup. Manusia juga sudah memikirkan kwalitas makanannya, supaya ia lebih dimampukan
bertahan hidup. Jika gizi makanannya tinggi, maka hidupnya akan lebih kwalitas. Selain untuk
makan, manusia juga bekerja untuk kebutuhan lainnya, termasuk menyimpan atau
mengolah harta, sehingga lebih banyak.
Tetapi dengan semua itu apa yang hendak
dicapai manusia ?
Bukankah banyak orang berputar-putar di
situ saja ?
-
Apakah
manusia mencapai hidup bahagia ?
-
Tidak
sedikit orang bekerja keras tapi hasilnya membawa kebinasaan bagi hidupnya.
-
Tidak
sedikit menjadi bencana bagi rumah tangganya dan masa depan yang kelam bagi
anak-anaknya.
-
Tidak
sedikit juga hubungan bersaudara menjadi retak karena rebutan atas harta
warisan.
Nas Perikop kita ini dimulai dengan kisah
orang banyak yang mencari Yesus. Yesus memang baru saja melakukan mujizat.
Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan. Yesus tahu jelas,
bahwa upaya orang banyak itu mencari Yesus adalah untuk terpenuhinya
kepentingan sesaat, yakni kebutuhan jasmani. Itu perlu tetapi bukan yang utama.
Yesus membaharui pola pikir mereka, sesungguhnya bukan roti itu yang utama.
Roti itu adalah tanda. Yang utama adalah supaya mereka percaya kepada Yesus,
bahwa Yesus adalah Tuhan. Ini yang utama. Jika mereka tidak percaya bahwa Yesus
adalah Tuhan, maka rasa lapar akan terus menggelisahkan hidup mereka, sekalipun
diberi roti yang banyak.
Selanjutnya Tuhan Yesus berkata (6:27) :
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan
yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Upah dari bekerja itu adalah
beroleh makanan. Yesus tidak berbicara makanan (upah) secara jumlah melainkan
kwalitas. Sekalipun makan banyak tetapi jika makanan itu tidak berkwalitas maka
itu tidak akan memberi kepuasan. Karena itu Yesus menghendaki supaya upah dari
bekerja itu adalah makanan berkwalitas, yaitu makanan yang bertahan sampai
kepada hidup yang kekal.
Jenis makanan apakah yang dimaksud Yesus
itu ? Jelas bukan ubi jalar, melainkan makanan yang berasal dari sorga, ‘Roti
Hidup’. Yesus berkata (6:35) :
"Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar
lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi’. Manusia akan menjalani hidup ini dengan damai
apabila ia menghidupi dirinya dengan ‘Roti Hidup’. Kepuasan dan hidup yang
benar itu ada pada Yesus. Hanya Yesus yang dapat memberi ketenangan hidup bagi
manusia, yang memberi kepuasan bagi jiwa manusia.
Bekerja
merupakan tuntutan dalam hidup ini. Tuhan Allah telah berkata kepada manusia
pertama (Kejadian 3:19) : ‘dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu’
(Ingkon hir hodokmu manganhon sipanganonmu). Paulus berkata (2 Tesalonika 3:10a)
: ‘jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan’. Intinya, manusia
harus bekerja. Dalam pekerjaan itu, kita hendaknya memperlihatkan nilai-nilai
Kristiani, yaitu : kerja keras, kejujuran, dan kesetiaan. Praktek kerja
demikian akan menjadi teladan dan memotifasi setiap orang untuk berkarya.
Pekerjaan demikianlah yang dikehendaki Tuhan.
Tuhan memperkenankan manusia itu bekerja
dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Tetapi manusia perlu menyadari
tentang harta itu. (a) Siapakah sumber pemberi harta/kekayaan itu ?
Sesungguhnya, Tuhan adalah si pemberi harta itu. (b) Pemberian itu harus
disyukuri. Setiap pemberian harus disyukuri ; entah kita mengukurnya banyak
atau sedikit. Karena Tuhan adalah sumber pemberi maka kita harus bersyukur
kepada Tuhan. (c) Penggunaan harta. Jika kita mengaminkan bahwa Tuhan adalah
sumber pemiliknya maka Tuhan mempunyai tujuan atas pemberian itu. Tuhan ingin
supaya segala pemberian itu digunakan bagi kemuliaan Tuhan.
Dengan meyakini bahwa
sumber yang kita miliki adalah Tuhan, dan bersyukur kepada Tuhan, serta menggunakannya
bagi kemuliaan Tuhan, maka seluruh hasil kerja kita telah menjadi ‘Roti Hidup’.
Hidup kita yang dihidupi oleh Roti Hidup akan memberi sukacita, ketenangan,
kedamaian ; sampai kita beroleh hidup kekal. AMIN
Jadi kita perlu "kerja untuk makan" atau "makan untuk kerja bapak?"
BalasHapus