TAKUT AKAN TUHAN DAN
BERIBADAH KEPADANYA
Pengalaman hidup seseorang sangat
menentukan bagaimana ia beriman. Yosua adalah panglima perang Musa. Yosua
sering kali mendapat tugas dari Musa untuk memimpin perang. Setelah Musa
meninggal maka Yosua diangkat sebagai penggantinya. Yosua berhasil memimpin umat
Tuhan memasuki tanah Kanaan. Selain itu, ia juga dapat membagi atas tanah
Kanaan untuk kedua belas suku Israel dengan bijaksana, sehingga tidak ada suku
yang bersungut-sungut. Yosua menyadari bahwa keberhasilannya memimpin umat
bukanlah karena kekuatannya sendiri, melainkan karena kasih dan kuasa Tuhan.
Dalam pengalamannya memimpin umat sungguh dirasakan kasih dan kuasa Tuhan.
Tuhan menuntun perjalanan hidup umatNya. Tuhan turut bekerja atas setiap
rintangan yang dihadapi umatNya.
Oleh sebab itu, umat Tuhan harus takut akan
Tuhan, dalam arti manusia tidak melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki
Tuhan. Berpikir untuk melanggar perintah Tuhan saja harus menimbulkan
kegentaran, sebab Tuhan mengetahui kedalaman hati manusia. Oleh sebab itu, umat
Tuhan patut memberikan hormat dan puji kepadaNya.
Yosua merasa perlu menegaskan untuk takut
akan Tuhan dan beribadah kepadaNya. Nenek moyang mereka yang berada di seberang
sungat Efrat dan di Mesir memang masih beribadah kepada allah lain. Umat Tuhan mengenal
Allah setelah Allah memperkenalkan diri kepada Musa. Dengan demikian, umat yang
dipimpin oleh Yosua ini masih merupakan generasi baru (kedua) dalam mengenal
Allah. Dengan demikian, sifat dan karakter nenek moyang mereka masih kuat di
dalam diri mereka. Selain itu, tempat mereka berada saat itu adalah daerah
orang Amori, yang juga masih menyembah allah lain. Kedua hal ini tentu masih
sangat memberi pengaruh bagi umat Tuhan.
Akibatnya, umat Tuhan masih berada di dalam
keraguan/kebimbangan untuk menyembah Allah yang dikenal Musa. Belum ada
kesetiaan dan ketulusan; kadang mereka menyembah Allah tetapi sebentar lagi
menyembah allah lain. Karena itu, Yosua mengumpulkan semua orang Israel untuk
memimpin mereka dalam upacara pembaharuan perjanjian. Yosua sebagai pemimpin
umat memiliki kepentingan untuk memperkenalkan Tuhan dan supaya umat Tuhan
mengambil keputusan terhadap yang mereka puji, puja, dan sembah. Yosua tidak
memfokuskan perhatian pada dirinya selaku pemimpin mereka; sebaliknya ia
mengarahkan perhatian kepada kebaikan dan pemeliharaan Allah atas Israel pada
masa lalu. Mendahului umat menentukan pilihannya, Yosua sendiri telah
memutuskan, bahwa ia dan seisi rumahnya akan beribadah kepada Tuhan (15) : “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:14-15). Pernyataan tersebut diucapkan
Yosua didepan seluruh orang Israel, sebagai tekad dan kemantapan imannya yang
tidak bisa ditawar-tawar.
Yosua menyadari dirinya sebagai seorang
kepala keluarga memiliki tanggung jawab memimpin seisi keluarganya untuk setia
beribadah kepada Tuhan yang hidup, yang sudah menyelamatkan, memelihara, dan
memberkati hidupnya.
Kini, Yosua juga menghendaki supaya umat
turut mengambil keputusan, kepada siapa mereka beribadah. Umat Tuhan juga
merasakan bahwa Tuhan telah menuntun mereka dalam perjalanan. Tuhan telah
bekerja melawan bangsa lain, sehingga mereka boleh melewati daerah musuh.
Berdasarkan pengalaman itu juga, umat Tuhan mengampil keputusan ‘Kami pun akan beribadah kepada Tuhan’
(18). Umat Tuhan telah mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang baik,
bukan didorong emosi. Mereka akan beribadah kepada Tuhan.
Beribadah kepada Tuhan bukanlah sekedar
melengkapi hidup keagamaan tetapi perlu ketulusan dan kesetiaan.(14). Kata
‘beribadah’ dapat berarti “melayani, berbakti, dan mengabdi”. Jika disebut
beribadah dengan tulus dan setia kepada Tuhan, maka Yosua mengingatkan orang
Israel agar setia kepada Tuhan, dan tidak melayani berhala atau ilah lainnya.
Tulus dan setia berarti terus menerus membaharui keimanannya, sehingga ia
senantiasa hidup dalam kebenaran dan menyangkal kesenangan yang terkait dengan
dosa.
Ketegasan dan komitmen Yosua seharusnya menjadi
teladan bagi orang tua Kristen, khususnya setiap kepala keluarga untuk memimpin
seluruh keluarganya untuk beribadah dan mengenal Kristus sebagai Juruselamat.
Hal ini penting sebab keselamatan dan kehidupan kekal hanya ada dalam Kristus.
Demikian juga Ibadah keluarga yang
pelaksanaannya diatur oleh gereja menjadi sangat penting. Saat itu semua
anggota keluarga berkumpul bersama untuk membangun iman, kerohanian,
pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan dan firmanNya. Selanjutnya menjadi tempat
membangun persekutuan dengan sesama anggota jemaat. Karena itu, marilah kita juga
bangun Ibadah di lingkungan dimana kita berada. Dan Ibadah yang kita
selenggarakan setiap minggu perlu penghayatan yang benar. Ibadah yang merupakan
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, haruslah juga menjadi bagian untuk
terus-menerus membaharui hubungan yang benar dengan Tuhan.
Banyak orang beribadah kepada
Tuhan tetapi tidak tampak dalam praktek hidupnya, seperti tidak ada makna orang
beribadah. Saat beribadah begitu khusuknya, tetapi setelah itu bagaikan hantu
yang gentayangan. Atau sebahagian ada yang datang ke gereja karena hari minggu
tetapi tujuannya tidak beribadah, tetapi hanya untuk melihat situasi. Dan kalau
ada yang salah, ia bagaikan ‘penasehat ulung’.
Gereja akan
terus-menerus mengingatkan umat Tuhan mengasihi dan melayani Tuhan. Karena itu,
jemaat jangan bosan setiap kali mendengar firman Tuhan, entah itu nasihat,
tegoran, atau peringatan. Sebagai jemaat juga harus berkali-kali memutuskan
untuk bertekun dan membaharui diri di dalam iman dan menaati Tuhan. Lalai
memilih untuk melayani dan mengasihi Tuhan akan mendatangkan hukuman dan
kebinasaan.
Karena itu, ibadah harus kita lakukan
dengan tulus dan setia. Ibadah yang disertai ketulusan dan kesetiaan maka kita
akan merasakan kehadiran dan jamahan Tuhan. Sehingga sepulang gereja kita penuh
sukacita. AMIN
Trimkasih pak, sabgat memberkati saya...
BalasHapus