KECAP DAN NIKMATILAH
HIDANGAN TUHAN
Mengecap dan menikmati kebahagiaan merupakan
tujuan hidup manusia. Manusia mencari kebahagiaan itu dengan rancangannya
sendiri : dimulai dari yang paling dasar sampai yang tertinggi (kalau bisa
tercapai). Tetapi manusia akan terus haus dan lapar, tak terpuaskan, hingga
kemuadian membuat manusia hidup gelisah. Orang-orang miskin berharap menjadi
kaya, dan orang kaya berharap memiliki harta yang lebih banyak. Sama-sama tak
pernah puas, dan sama-sama tak menikmati hidup yang memuaskan.
Umat Tuhan yang sedang berada di pembuangan
sesungguhnya sudah melewati masa krisis. Mereka sudah memiliki kebebasan
menikmati kehidupan sebagaimana masyarakat lain. Mereka memiliki sumber
penghasilan atas upah jerih pekerjaan yang mereka lakoni. Mereka memiliki uang
dan dapat membelanjakannya untuk keperluan hidup mereka. Namun, semua itu tidak
memuaskan hidupnya, masih ada yang kurang, ada yang mengganjal.
Melalui nas ini ada pesan yang hendak
disampaikan. (a) Kembali ke negeri
Kanaan. Sekalipun umat memperoleh kesempatan menikmati kehidupan di
pembuangan tetapi itu tidak memuaskan mereka. Jerih lelah mereka habis begitu
saja tanpa bermakna. Kalimat ‘sesuatu
yang bukan roti’ menunjuk kepada
nilai-nilai materi yang tidak memuaskan hidup umatNya. Ketika umat Tuhan telah
memiliki kebebasan, ada yang mereka lupakan bahwa mereka adalah umat Tuhan.
Pembuangan bukanlah tanah air mereka, maka apapun yang mereka alami di
pembuangan tidak akan membuat mereka mengalami kehidupan yang melegakan. Mereka
sesungguhnya memiliki negeri subur, yang dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kanaan
adalah tanah air mereka, yang dapat menghasilkan gandum, anggur, dan susu dari
ternak piaraan. Tentu saja mereka memperolehnya tanpa bayaran, sebab Kanaan
adalah negeri yang penuh susu dan madu. Allah memanggil umatNya untuk kembali
ke negeri Kanaan dan menikmati kemakmuran. Tuhan telah menyiapkan semua itu.
(b) Mengokohkan
kerajaan Daud. Allah telah berjanji untuk mengokohkan kerajaan Daud dan
keturunannya, (2 Samuel 7:16) : ‘Keluarga
dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan
kokoh untuk selama-lamanya.’ Kehidupan yang berubah di Babel ‘dari
penderitaan menjadi menjanjikan’ bukanlah tujuan utama. Babel hanyalah sebuah
‘tempat pendidikan’ bagi umat Tuhan untuk kemudian mereka dimampukan
melanjutkan kerajaan Daud. Semua pengalaman hidup di Babel menjadi kesaksian
mereka bagi bangsa-bangsa tentang kebesaran Tuhan. Dengan demikian, semua
bangsa akan datang menghampiri kerajaan Daud itu. Kekuatan kerajaan itu
sesungguhnya berada dalam kuasa Tuhan. Oleh sebab itu, ketika bangsa-bangsa
lain menghampiri kerajaan itu maka mereka telah datang kepada Tuhan. Inilah
yang Allah kehendaki dari kehidupan umatNya.
Pengalaman di pembuangan menjadi suatu
pelajaran yang begitu berharga bagi umat Tuhan. Kepuasan hidup, ketenangan
hidup bukan terletak pada nilai-nilai materi, tapi ketika umat bertemu dengan
Tuhan. Roti, anggur, dan susu adalah makanan jasmani yang perlu bagi kehidupan
manusia. Namun Allah juga menyediakan yang melampaui semua itu. Karena itu,
carilah Tuhan. Setiap umat berkenan meninggalkan rancangan jahat di dalm
dirinya, tetapi hendaklah hidup dalam rancangan
yang Tuhantelah perbuat. Allah mengampuni segala dosa pelanggaran umat.
Mencari Tuhan, itulah yang dapat memuaskan hasrat manusia.
Kita memiliki banyak kebutuhan dalam hidup
ini. Kita bersyukur pada Tuhan yang senantiasa melimpahkan berkatNya. Namun,
mengapa manusia tetap galau dalam hidup ini. Kegalauan bukan hanya dialami
mereka yang memiliki sedikit materi tetapi juga mereka yang memiliki banyak
harta. Teori yang menyebutkan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang terus
meningkat tanpa batas, adalah benar adanya. Kehidupan manusia yang demikian
itulah sehingga membuat manusia semakin tidak beradab, tetapi malah menjadi
biadab. ‘manusia memakan sesamanya’
berlangsung dalam kehidupan ini. Kemapanan materi tidak cukup memuaskan manusia
sebab ia akan terus mencari segala yang dikehendakinya. Kita hidup dalam dunia
yang penuh pergumulan. Ketakutan terhadap berbagai kuasa yang mengancam hidup
kita sekarang ini : kesunyian, kelaparan, pekerjaan, penyakit, kematian,
pasangan hidup, dan berbagai keraguan terhadap yang hendak digapai. Ketakutan
itu kadang-kadang begitu hebat, membuat kita seperti tak berdaya. Kita putus
asa dan tidak mampu menatap ke masa depan. Hidup penuh kegalauan.
Dalam
kehausan dan kelaparan akan nilai-nilai dunia yang tak terbatas ini, Tuhan
Yesus mengundang kita datang kepadaNya. (Matius 11:28) : ‘Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu.’ Yesus menawarkan kepuasan bagi kita, bukan saja
materi yang tak berkesudahan itu melainkan juga keselamatan yang memberi
ketenangan hidup. Yesus Kristus adalah Raja dari kerajaan Allah, yang diberi
kuasa atas langit dan bumi. Dia lah yang dapat memuaskan hasrat manusia itu.
Kita adalah
orang-orang yang berada di
sekitar Yesus; kita percaya pada Kristus Yesus, kita sudah menikmati kasih
setia Tuhan. Kalau kita mengaminkan segala sesuatu itu berasal dari padaNya;
maka itu bukan hanya untuk diri kita
tetapi dapat kita gunakan untuk banyak orang. Kita yang telah menerima
berkat dari Tuhan dapat menggunakannya
sebagai kesaksian kita tentang kebaikan Tuhan.
Yesus Kristus adalah Tuhan semua orang.
Akan tetapi masih banyak orang yang belum mengenal dan menerimaNya. Kita yang
telah mengenal, menerima dan merasakan pengampunan dari Tuhan Yesus haruslah
mewartakannya bagi banyak orang. Kita harus memberitakan pengalaman rohani yang
kita alami bersama Yesus. Bersaksi adalah amanat Tuhan Yesus kepada orang-orang
percaya. Cara menjadi saksi Kristus bukan hanya dalam bentuk kata semata,
tetapi menunjukkan perilaku sebagai orang yang telah menerima pengampunan.
Itulah anugerah Allah bagi kehidupan manusia sehingga beroleh kebahagiaan. Umat
demikianlah yang dapat mengecap dan menikmati hidangan yang telah Tuhan
anugerahkan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar