HIDUP KUDUS MENYAMBUT SANG RAJA
Orang-orang
Yahudi yang telah menerima Kristus sangat berkembang di daerah diaspora. Mereka
menjadi pendatang dan perantau dimana mereka hidup. Sebagai pendatang, mereka
harus mampu hidup dengan imannya dan berhadapan dengan budaya (gaya hidup)
tempat mereka tinggal.
Orang
Yahudi sangat menekankan gaya hidup kudus, dan ini makin ditekankan lagi ketika
mereka memasuki persekutuan orang-orang percaya (pengikut Kristus). Namun,
mereka kini berada di perantauan (negeri asing), yang jauh dari hidup kudus.
Jauhkan Keinginan Daging
Umat
Tuhan sedang tinggal menetap (hidup berdampingan) dengan manusia penuh
kedagingan. Orang-orang di kekaisaran hidup dengan penyembahan berhala,
penyelewengan dari yang wajar, perbuatan yang menghancurkan manusia, termasuk poligami
(sex bebas), kekerasan, dan kerakusan. Semua itu adalah keinginan daging yang bertentangan
dengan hidup kudus.
Hidup
dalam keinginan daging
adalah perseteruan terhadap Allah (Roma 8:7). Semua yang ada di dalam dunia,
yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah
berasal dari Bapa, melainkan dari dunia (1 Yohanes 2:16). Sebab keinginan
daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan
keinginan daging (Galatia 5:17). Karena keinginan daging adalah maut, tetapi
keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera (Roma 8:6).
Karena itu, keinginan daging selalu
berjuang melawan (mengganggu) jiwa manusia yang dipenuhi roh. Nafsu manusia
cenderung hidup dalam kedagingan tetapi itu berlawanan dengan hati (jiwa)
manusia. Karena itu, umat Tuhan harus teguh menolak segala keinginan daging
yang dapat membuat jiwanya terganggu.
Miliki
Hidup Yang Baik
Sebagai
pendatang, umat Tuhan harus menyesuaikan diri sesuai dengan tatanan hidup
masyarakat Roma. Tentu saja, yang dimaksud dengan menyesuaikan diri adalah sejauh
yang tidak bertentangan dengan iman Kristen.
Masyarakat
kekaisaran Romawi hidup dengan menyembah dewa-dewa dan kaisar. Penyembahan yang
demikian itu juga menjadi sebuah aturan bagi masyarakat Romawi. Penyembahan itu
bertentangan dengan keyakinan orang-orang percaya yang menyembah Allah.
Ibadah
orang-orang percaya yang mengambil tempat di ruang-ruang tertutup dimanfaatkan
oleh masyarakat. Mereka memfitnah ibadah seremonial orang-orang Kristen sebagai
orang durjana (berbuat jahat). Perjamuan Kudus yang acapkali dilakukan dalam
persekutuan dituduh sebagai orang-orang yang darah manusia.
Petrus
menyadari fitnahan tersebut. Karena itu Petrus mengingatkan, seremonial
keagamaan orang-orang Kristen yang menimbulkan fitnah itu perlu dilawan dengan perbuatan
baik. Petrus menasehatkan supaya dalam praktek hidup orang percaya melakukan
perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan-perbuatan baik sebagaimana juga buah dari
iman Kristen haruslah dinyatakan dalam hidup bersama. Perbuatan baik itu dapat menjadi
teladan bagi masyarakat luas. Bahkan hidup baik itu dapat membuat mereka
menjadi percaya kepada Allah, sehingga mereka juga beroleh keselamatan pada
hari Tuhan.
Pepatah
mengatakan, ‘dimana tanah dipijak, di situ langit dijunjung’. Itu berarti,
tiap-tiap orang pendatang ke suatu tempat haruslah menyesuaikan hidup dengan budaya
lokal. Banyak budaya lokal yang mengajarkan kebaikan-kebaikan. Sebagai
pendatang tentu kita boleh meneladaninya. Namun, hal-hal yang bertentangan
dengan iman Kristen, perlu ‘disiasati’, sehingga buah-buah iman melalui
perbuatan baik dapat menjadi teladan bagi dunia sekitar.
Hidup
di perantauan berarti juga berani meninggalkan kebiasaan buruk. Mungkin wajar
saja jika dikatakan kepada orang yang tinggal di kampung, bahwa dia itu ‘kampungan’.
Tapi bagaimana dengan yang tinggal di kota jika disebut kampungan ? hehehehe
….. Hendaklah kita dapat hidup dengan
segala kebaikan.
Orang
Kristen hidup, bekerja dan berhadapan dengan keadaan-keadaan dan struktur-struktur
yang tidak memenuhi tolok ukur Allah. Ada hal-hal yang memang harus
ditoleransi, namun kita berusaha mengubahnya
seperti garam atau ragi. Ragi harus ‘mentoleransi’ adonan, tetapi tidak akan
meninggalkan adonan itu tanpa perubahan.
Kita
hidup dalam zaman yang begitu cepat dan banyak perubahan-perubahan. Kita tidak
serta menerima segala perubahan itu tanpa penyaringan. Kita tidak harus selalu
ikut kepada apa yang disebut ‘trend’. Jika hal itu bertentangan dengan iman
Kristen, maka kita tidak harus turut atau larut di dalamnya. Jangan terganggu
jiwamu karena harus mengikuti segala yang terjadi. Apalagi perbuatan atau sikap
tersebut membuat jiwa kita terganggu.
Sebagai
umat Tuhan, kita perlu mengambil sikap tajam terhadap penyelewengan dari yang
wajar pada masa kini di mana setiap nilai moral dipertanyakan atau
dijungkirbalikkan. Penyelewengan bukan saja penyembahan berhala, seksual,
tetapi juga intelektual dalam hal kebenaran dan kepalsuan (Roma 1:8-32).
Kita adalah orang-orang yang sedang dalam perjalanan
menuju pada pengharapan. Tanah air yang kita nantikan adalah tanah air sorgawi
(Ibrani 11:16). Kita menuju ke sana, sebab dunia ini adalah kesementaraan. Karena
itu, kurun dalam perjalanan hidup ini kita senantiasa memelihara iman kita dan
hidup dengan kudus. Dalam penantian yang demikian itulah kita pengharapan akan tanah
air sorgawi. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar