6 Desember 2018

1 Petrus 2:11-12 HIDUP YANG BAIK


        HIDUP KUDUS MENYAMBUT SANG RAJA

Orang-orang Yahudi yang telah menerima Kristus sangat berkembang di daerah diaspora. Mereka menjadi pendatang dan perantau dimana mereka hidup. Sebagai pendatang, mereka harus mampu hidup dengan imannya dan berhadapan dengan budaya (gaya hidup) tempat mereka tinggal.
Orang Yahudi sangat menekankan gaya hidup kudus, dan ini makin ditekankan lagi ketika mereka memasuki persekutuan orang-orang percaya (pengikut Kristus). Namun, mereka kini berada di perantauan (negeri asing), yang jauh dari hidup kudus. 


Jauhkan Keinginan Daging
Umat Tuhan sedang tinggal menetap (hidup berdampingan) dengan manusia penuh kedagingan. Orang-orang di kekaisaran hidup dengan penyembahan berhala, penyelewengan dari yang wajar, perbuatan yang menghancurkan manusia, termasuk poligami (sex bebas), kekerasan, dan kerakusan. Semua itu adalah keinginan daging yang bertentangan dengan hidup kudus.
Hidup dalam keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah (Roma 8:7). Semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia (1 Yohanes 2:16). Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging (Galatia 5:17). Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera (Roma 8:6).
Karena itu, keinginan daging selalu berjuang melawan (mengganggu) jiwa manusia yang dipenuhi roh. Nafsu manusia cenderung hidup dalam kedagingan tetapi itu berlawanan dengan hati (jiwa) manusia. Karena itu, umat Tuhan harus teguh menolak segala keinginan daging yang dapat membuat jiwanya terganggu.

Miliki Hidup Yang Baik
Sebagai pendatang, umat Tuhan harus menyesuaikan diri sesuai dengan tatanan hidup masyarakat Roma. Tentu saja, yang dimaksud dengan menyesuaikan diri adalah sejauh yang tidak bertentangan dengan iman Kristen.
Masyarakat kekaisaran Romawi hidup dengan menyembah dewa-dewa dan kaisar. Penyembahan yang demikian itu juga menjadi sebuah aturan bagi masyarakat Romawi. Penyembahan itu bertentangan dengan keyakinan orang-orang percaya yang  menyembah Allah.
Ibadah orang-orang percaya yang mengambil tempat di ruang-ruang tertutup dimanfaatkan oleh masyarakat. Mereka memfitnah ibadah seremonial orang-orang Kristen sebagai orang durjana (berbuat jahat). Perjamuan Kudus yang acapkali dilakukan dalam persekutuan dituduh sebagai orang-orang yang darah manusia.
Petrus menyadari fitnahan tersebut. Karena itu Petrus mengingatkan, seremonial keagamaan orang-orang Kristen yang menimbulkan fitnah itu perlu dilawan dengan perbuatan baik. Petrus menasehatkan supaya dalam praktek hidup orang percaya melakukan perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan-perbuatan baik sebagaimana juga buah dari iman Kristen haruslah dinyatakan dalam hidup bersama. Perbuatan baik itu dapat menjadi teladan bagi masyarakat luas. Bahkan hidup baik itu dapat membuat mereka menjadi percaya kepada Allah, sehingga mereka juga beroleh keselamatan pada hari Tuhan.

Pepatah mengatakan, ‘dimana tanah dipijak, di situ langit dijunjung’. Itu berarti, tiap-tiap orang pendatang ke suatu tempat haruslah menyesuaikan hidup dengan budaya lokal. Banyak budaya lokal yang mengajarkan kebaikan-kebaikan. Sebagai pendatang tentu kita boleh meneladaninya. Namun, hal-hal yang bertentangan dengan iman Kristen, perlu ‘disiasati’, sehingga buah-buah iman melalui perbuatan baik dapat menjadi teladan bagi dunia sekitar.
Hidup di perantauan berarti juga berani meninggalkan kebiasaan buruk. Mungkin wajar saja jika dikatakan kepada orang yang tinggal di kampung, bahwa dia itu ‘kampungan’. Tapi bagaimana dengan yang tinggal di kota jika disebut kampungan ? hehehehe …..  Hendaklah kita dapat hidup dengan segala kebaikan.
Orang Kristen hidup, bekerja dan berhadapan dengan keadaan-keadaan dan struktur-struktur yang tidak memenuhi tolok ukur Allah. Ada hal-hal yang memang harus ditoleransi, namun kita berusaha  mengubahnya seperti garam atau ragi. Ragi harus ‘mentoleransi’ adonan, tetapi tidak akan meninggalkan adonan itu tanpa perubahan.
Kita hidup dalam zaman yang begitu cepat dan banyak perubahan-perubahan. Kita tidak serta menerima segala perubahan itu tanpa penyaringan. Kita tidak harus selalu ikut kepada apa yang disebut ‘trend’. Jika hal itu bertentangan dengan iman Kristen, maka kita tidak harus turut atau larut di dalamnya. Jangan terganggu jiwamu karena harus mengikuti segala yang terjadi. Apalagi perbuatan atau sikap tersebut membuat jiwa kita terganggu.
Sebagai umat Tuhan, kita perlu mengambil sikap tajam terhadap penyelewengan dari yang wajar pada masa kini di mana setiap nilai moral dipertanyakan atau dijungkirbalikkan. Penyelewengan bukan saja penyembahan berhala, seksual, tetapi juga intelektual dalam hal kebenaran dan kepalsuan (Roma 1:8-32).
Kita adalah orang-orang yang sedang dalam perjalanan menuju pada pengharapan. Tanah air yang kita nantikan adalah tanah air sorgawi (Ibrani 11:16). Kita menuju ke sana, sebab dunia ini adalah kesementaraan. Karena itu, kurun dalam perjalanan hidup ini kita senantiasa memelihara iman kita dan hidup dengan kudus. Dalam penantian yang demikian itulah kita pengharapan akan tanah air sorgawi. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar