22 Maret 2019

Mazmur 118:22-29 BATU PENJURU



        YESUS  BATU PENJURU

Nas renungan ini menekankan agar umat bersyukur kepada Tuhan. ‘Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik’. Kebaikan Tuhan itu tidak hanya sekejab tapi untuk selama-lamanya. Pemazmur dalam hidupnya bukan tidak berhadapan dengan pergumulan. Ia mengalami kesesakan dalam hidupnya. Dalam situasi yang berat itu, pemazmur berseru kepada Tuhan. Tuhan menjawab seruan pemazmur dengan memberi kelegaan. 

Umat Tuhan sesungguhnya adalah budak yang berserak di tanah Mesir. Tuhan memilih mereka menjadi umat kesayanganNya dan menuntun umat ke tanah yang penuh susu dan madu. Karena kedegilannya, umat Tuhan juga harus mengalami pembuangan. Namun, kasih Tuhan tak berkesudahan. Tuhan berkenan membebaskan umat untuk kembali ke tanah Kanaan.
Umat budak yang hina diangkat dan umat yang terbuang dibebaskan. ‘Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru’ (22) menekankan betapa besarnya perbuatan Tuhan. Batu yang telah dibuang, malah diubahkan menjadi batu penentu atas suatu bangunan. Umat yang dipandang hina itu menjadi umat yang diperhitungkan. Semua itu terjadi sebagai perbuatan ajaib, yang dilakukan oleh kuat kuasa dan cinta kasih Tuhan.
Pemazmur menyadari, bahwa kekuatan yang sesungguhnya dalam hidup ini hanyalah kepada Tuhan. Keyakinan pada Tuhan yang memberi kasih setiaNya untuk selama-lamanya telah memantapkan hidupnya untuk bersyukur.
Pemazmur mengundang umat yang telah menikmati berkat untuk datang ke rumah Tuhan bersorak-sorak dan bersukacita. Tuhan akan menyambut mereka yang datang dengan penuh rasa syukur. Kedatangan ke rumah Tuhan, bukan hanya untuk bersyukur tetapi juga memohon keselamatan dan kemujuran (berkat) dari Tuhan si empunya langit dan bumi.
Pemazmur menekankan bahwa semua perjalanan hidup yang dialami itu hanyalah karena Tuhan menerangi langkah umatnya. Karena itu, pada hari yang indah ini selayaknya umat datang kehadiratNya, ke rumahNya untuk bersyukur dengan membawa korban persembahan.
‘Allahku Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau’ (28) merupakan ungkapan yang perlu kokoh dalam hati setiap umat. Umat sungguh-sungguh merasakan kasih setia Tuhan, dan itulah yang menjadi dasar bersyukur dan meninggikan Tuhan. Bersyukurlah kepada Tuhan sebab kasihNya tak pernah berkesudahan.

Tak dapat disangkal, perjalanan hidup ini sering menghadapi kesulitan. Kita berusaha lepas dari kesulitan itu melalui perjuangan yang berat. Namun sesungguhnya perjuangan itu menjadi tidak berarti bila bukan Tuhan yang memperhatikan. Tuhan yang penuh kasih setia itu pun akan melepaskan kita dari belenggu kesulitan.
Dalam hidup ini banyak pengalaman tiap orang. Ada orang yang dianggap hina, tak diperhitungkan. Tapi dalam perjalanan waktu semua berubah. Orang yang semula tak diperhitungkan justru menjadi penentu pada komunitasnya.
Kasih setia Tuhan yang dapat kita rasakan bukan untuk kita diamkan tetapi kita ungkapkan dengan penuh rasa syukur. Ungkapan rasa syukur dapat kita aplikasikan dengan datang ke rumahNya dalam penuh sukacita, bukan dengan sungut-sungut. Datang ke rumah Tuhan haruslah dengan penuh sukacita dengan mengaminkan atas kasih dan kuasa Tuhan dalam hidup kita.
Jika kita merenungkan perjalanan hidup ini, tentu ada suka dan duka ; ada kemudahan dan kesulitan; ada tawa dan air mata. Barangkali kita kecewa atas berbagai pengalaman pahit dan karena impian yang belum tergapai. Tetapi bukankah sesungguhnya, dibalik semua peristiwa dan tertundanya impian, di situ juga berlangsung kasih Tuhan ? Bukankah kita dikuatkan menghadapi pergumulan itu ? Bukankah juga ada berkat yang tak pernah terpikirkar ?
Tuhan adalah kekuatan sehingga kita dilepaskan dari yang membelenggu hidup ini. Tuhan adalah juga kekuatan kita beroleh keselamatan yang kekal. Firman Tuhan menghantar kita dengan ungkapan : ‘Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.’ Suka dan derita yang mengisi waktu yang telah terlewati, kita mestinya menemukan kehendak Tuhan. Apabila di dalam tiap-tiap peristiwa, kita mengimani kebaikan Tuhan, maka saat itulah kita dimampukan untuk bersyukur. Barangkali, karena kesibukan dan kedegilan hati, kita tidak mampu merasakan sentuhan kasih Tuhan. Sesungguhnya semua peristiwa yang terjadi bagi diri kita tetap dalam penyertaan Tuhan. Tuhan adalah juga kekuatan kita beroleh keselamatan yang kekal. Yesus Kristus adalah Tuhan kita yang menyelamatkan. Ia yang dibenci dan dibunuh oleh orang-orang yang tak percaya telah dibangkitkan mengalahkan maut dan kuasa jahat yang membelenggu manusia. Dia adalah Allah Penolong dan Pemberi Keselamatan bagi kita.
Marilah kita mengarahkan mata hati kita senantiasa kepadaNya. Keyakinan kita atas pertolongan Tuhan Yesus, itulah yang memampukan kita untuk bersyukur karena segala penyertaanNya. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar