YESUS BATU PENJURU
Nas renungan ini menekankan agar umat
bersyukur kepada Tuhan. ‘Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik’. Kebaikan
Tuhan itu tidak hanya sekejab tapi untuk selama-lamanya. Pemazmur dalam
hidupnya bukan tidak berhadapan dengan pergumulan. Ia mengalami kesesakan dalam
hidupnya. Dalam situasi yang berat itu, pemazmur berseru kepada Tuhan. Tuhan
menjawab seruan pemazmur dengan memberi kelegaan.
Umat Tuhan
sesungguhnya adalah budak yang berserak di tanah Mesir. Tuhan memilih mereka
menjadi umat kesayanganNya dan menuntun umat ke tanah yang penuh susu dan madu.
Karena kedegilannya, umat Tuhan juga harus mengalami pembuangan. Namun, kasih
Tuhan tak berkesudahan. Tuhan berkenan membebaskan umat untuk kembali ke tanah
Kanaan.
Umat budak yang
hina diangkat dan umat yang terbuang dibebaskan. ‘Batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru’ (22) menekankan betapa
besarnya perbuatan Tuhan. Batu yang telah dibuang, malah diubahkan menjadi batu
penentu atas suatu bangunan. Umat yang dipandang hina itu menjadi umat yang
diperhitungkan. Semua itu terjadi sebagai perbuatan ajaib, yang dilakukan oleh
kuat kuasa dan cinta kasih Tuhan.
Pemazmur
menyadari, bahwa kekuatan
yang sesungguhnya dalam hidup ini hanyalah kepada Tuhan. Keyakinan pada Tuhan
yang memberi kasih setiaNya untuk selama-lamanya telah memantapkan hidupnya
untuk bersyukur.
Pemazmur
mengundang umat yang telah menikmati berkat untuk datang ke rumah Tuhan
bersorak-sorak dan bersukacita. Tuhan akan menyambut mereka yang datang dengan
penuh rasa syukur. Kedatangan ke rumah Tuhan, bukan hanya untuk bersyukur
tetapi juga memohon keselamatan dan kemujuran (berkat) dari Tuhan si empunya
langit dan bumi.
Pemazmur
menekankan bahwa semua perjalanan hidup yang dialami itu hanyalah karena Tuhan
menerangi langkah umatnya. Karena itu, pada hari yang indah ini selayaknya umat
datang kehadiratNya, ke rumahNya untuk bersyukur dengan membawa korban
persembahan.
‘Allahku Engkau,
aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau’ (28)
merupakan ungkapan yang perlu kokoh dalam hati setiap umat. Umat
sungguh-sungguh merasakan kasih setia Tuhan, dan itulah yang menjadi dasar
bersyukur dan meninggikan Tuhan. Bersyukurlah kepada Tuhan sebab kasihNya tak
pernah berkesudahan.
Tak dapat
disangkal, perjalanan hidup ini sering menghadapi kesulitan. Kita berusaha
lepas dari kesulitan itu melalui perjuangan yang berat. Namun sesungguhnya
perjuangan itu menjadi tidak berarti bila bukan Tuhan yang memperhatikan. Tuhan
yang penuh kasih setia itu pun akan melepaskan kita dari belenggu kesulitan.
Dalam hidup ini
banyak pengalaman tiap orang. Ada orang yang dianggap hina, tak diperhitungkan.
Tapi dalam perjalanan waktu semua berubah. Orang yang semula tak diperhitungkan
justru menjadi penentu pada komunitasnya.
Kasih setia Tuhan
yang dapat kita rasakan bukan untuk kita diamkan tetapi kita ungkapkan dengan
penuh rasa syukur. Ungkapan rasa syukur dapat kita aplikasikan dengan datang ke
rumahNya dalam penuh sukacita, bukan dengan sungut-sungut. Datang ke rumah
Tuhan haruslah dengan penuh sukacita dengan mengaminkan atas kasih dan kuasa
Tuhan dalam hidup kita.
Jika kita merenungkan perjalanan hidup ini,
tentu ada suka dan duka ; ada kemudahan dan kesulitan; ada tawa dan air mata.
Barangkali kita kecewa atas berbagai pengalaman pahit dan karena impian yang
belum tergapai. Tetapi bukankah sesungguhnya, dibalik semua peristiwa dan
tertundanya impian, di situ juga berlangsung kasih Tuhan ? Bukankah kita
dikuatkan menghadapi pergumulan itu ? Bukankah juga ada berkat yang tak pernah
terpikirkar ?
Tuhan adalah kekuatan sehingga kita dilepaskan dari yang membelenggu hidup ini.
Tuhan adalah juga kekuatan kita beroleh keselamatan yang kekal. Firman
Tuhan menghantar kita dengan ungkapan : ‘Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia
baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.’ Suka dan derita yang
mengisi waktu yang telah terlewati, kita mestinya menemukan kehendak Tuhan.
Apabila di dalam tiap-tiap peristiwa, kita mengimani kebaikan Tuhan, maka saat
itulah kita dimampukan untuk bersyukur. Barangkali, karena kesibukan dan
kedegilan hati, kita tidak mampu merasakan sentuhan kasih Tuhan. Sesungguhnya
semua peristiwa yang terjadi bagi diri kita tetap dalam penyertaan Tuhan. Tuhan adalah juga kekuatan kita beroleh
keselamatan yang kekal. Yesus Kristus adalah Tuhan kita yang menyelamatkan. Ia
yang dibenci dan dibunuh oleh orang-orang yang tak percaya telah dibangkitkan
mengalahkan maut dan kuasa jahat yang membelenggu manusia. Dia adalah Allah
Penolong dan Pemberi Keselamatan bagi kita.
Marilah kita mengarahkan mata hati kita senantiasa
kepadaNya. Keyakinan kita atas pertolongan Tuhan Yesus, itulah yang memampukan
kita untuk bersyukur karena segala penyertaanNya. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar