25 Februari 2021

Roma 4:18-25 IMAN ABRAHAM

      ALLAH MEMPERHITUNGKAN ORANG PERCAYA

Orang Yahudi mengklaim bahwa mereka secara langsung termasuk umat pilihan Allah karena mereka dilahirkan sebagai orang Yahudi. Namun bagi Paulus, orang Yahudi sejati bukanlah manusia yang secara darah daging keturunan Abraham, melainkan ia adalah orang yang telah mengambil keputusan untuk menyerahkan diri kepada Allah di dalam iman sama seperti Abraham. 

Allah memanggil Abraham untuk pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui. Ia juga tidak memiliki perlengkapan yang dapat memberikan jaminan hidup kepadanya. Ia tidak memiliki dasar atas panggilan Allah. Satu hal yang membuat ia melangkah adalah percaya pada janji Allah.

Allah pun menjanjikan keturunan yang banyak baginya, tidak memiliki dasar, karena ia telah mencapai ratusan tahun. Demikian juga isterinya Sara telah tertutup kandungannya, karena usianya sudah tua. Allah menjanjikan keturunan kepada Abraham, pada usia yang tidak mungkin memiliki keturunan.

Namun Abraham percaya kepada janji Allah bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan. Abraham melakukan yang Allah perintahkan. Bagi Abraham, Allah berkuasa, Allah dapat berbuat apa saja diluar kemampuan dirinya.

Abraham tampil sebagai orang yang taat kepada firman Allah, dan percaya kepada janji Allah yang berkuasa. Dan sebagai orang percaya, Abraham senantiasa memuliakan Allah (20). Memuliakan Allah berarti menjalani kehidupan yang Allah kehendaki.

Zaman Perjanjian Baru, persekutuan orang percaya terus bertumbuh. Persekutuan umat Tuhan begitu menguat untuk pengharapan hidup yang kekal. Umat Tuhan menantikan kehidupan kekal itu. Adapun yang mendasari keyakinan mereka adalah bahwa Allah membangkitkan Yesus dari orang mati. Yesus yang mati dan bangkit untuk menjadikan benar. Pengalaman persekutuan yang percaya akan kematian dan kebangkitan Yesus untuk pembenaran umatNya, adalah juga merupakan tindakan iman.

Iman tidak dipengaruhi oleh kondisi/keadaan (19-21) tetapi percaya kepada janji Allah, sebab Allah berkuasa

 

Iman yang dimiliki Abraham, itulah yang hendak Paulus sampaikan kepada jemaat Tuhan yang ada di Roma, dan juga bagi kita saat ini. Paulus menunjuk pada keyakinan, bahwa pengampunan dan pembenaran diberikan dengan cuma-cuma sebagai karunia dari anugerah Tuhan. Ini semua tergantung kepada kasih Allah  dan hanya diterima oleh iman.

Dalam dunia ini, logika menjadi andalan dalam bertindak. Sesuatu yang tidak masuk logika, sulit dipertimbangkan untuk bertindak. Walaupun pada kenyataannya, yang tidak masuk logika dapat menjadi kenyataan.

Kita tidak bermaksud mengabaikan logika, sebab mengabaikan logika dapat dianggap sebagai orang bodoh. Walaupun tindakan orang beriman memang acapkali seperti  orang bodoh.

Yang hendak ditekankan adalah, kita boleh percaya kepada firman Allah. Firman Allah diyakini dengan iman, yang membawa manusia kepada kebaikan dan kebenaran.

Firman ini mengajak kita untuk hidup sebagai orang beriman. Hidup sebagai orang beriman haruslah diwarna dengan memuliakan Allah.  Demikianlah kita hidup sebagai anak-anak Allah sambil  menantikan Janji Allah yang penuh sukacita dan kebahagiaan kekal.

Janji Allah bukan hanya kepada Abraham tetapi juga kepada semua orang, dan kepada kita (sekarang ini).

Abraham yang tidak punya dasar dapat percaya, apalagi kita yang memiliki dasar untuk percaya, yakni Allah telah membangkitkan Yesus.

Anak bukan soal banyak/darah daging, Anak adalah soal kwalitas

Sebagai anak-anak Allah, maka kita adalah ahli-ahli waris dari janji-janjiNya. Anak-anak Allah akan mewarisi kehidupan kekal. Inilah yang telah dijanjikan Allah bagi anak-anakNya. Janji Allah itu begitu indahnya, melampaui segala sesuatu yang  ada pada diri kita.

Kesimpulan Paulus menunjuk kepada dua keyakinan yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu bahwa pengampunan dan pembenaran diberikan dengan cuma-cuma sebagai karunia dari anugerah Tuhan. Bahwa Abraham diterima oleh Allah dan bahwa ia menerima kepastian tentang keturunan. Ini semua tergantung kepada anugerah Allah  dan hanya diterima oleh iman.

Jika kita merasa menderita di dunia ini maka Allah akan mengubahnya di dalam janjiNya. Dan kalau kita sudah merasa memiliki sesuatu di dunia ini, maka itu tidak sebanding dengan yang akan Allah limpahkan bagi kita. (Roma 8 : 18) : ‘Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.’ Segala yang dialami oleh anak-anak Tuhan, tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang. Inilah janji Allah yang akan diterima oleh anak-anak Allah.

Betapa indahnya pengharapan anak-anak Allah.

Tanpa mengurangi pengharapan akan nilai-nilai dunia ini, Paulus mendorong dan menekankan pentingnya pengharapan yang jauh lebih indah. Pengharapan orang percaya bukan sekedar keamanan dan hal dunia ini saja, tetapi pengharapan yang melampaui akal dan pikiran manusia, yang belum dilihat, yaitu pengharapan batin manusia, yaitu tanah air sorgawi. AMIN

 

15 Februari 2021

Kejadian 9:8-17 NUH

                JANJI DAN KUASA ALLAH

 Kisah air bah memberikan banyak perenungan kepada umat manusia. Pertama, mengingatkan manusia bahwa air bah terjadi akibat dosa-dosanya. Begitu buruknya dosa manusia. Terjadi bunuh membunuh ....dst. Kedua, peristiwa air bah juga menunjukkan keadilan dan kemurahan hati Allah. Allah memusnahkan bumi yang dipenuhi dosa, dan Allah di dalam belas kasihNya membaharui dunia ini. Dalam kebaharuan itu, Allah akan memberi keselamatan bagi manusia dan kebaikan atas dunia. Allah memilih Nuh dan  keluarganya, untuk mewujudnyatakan keselamatan itu. Ketiga, Allah mengikatkan diriNya pada suatu perjanjian, bahwa Allah tidak lagi akan mendatangkan air bah.

Keluarga Nuh mengalami ‘peristiwa mengerikan’. Betapa traumanya Nuh beserta keluarganya saat menjalani hidup baru di bumi yang baru saja dilanda air bah.

- Ketika hujan turun, mereka cemas ; bagaimana kalau hujan ini tidak berhenti ?

- Ketika mendengar suara Guntur, mereka akan ketakutan ; apakah air bah akan datang lagi?

Rasa trauma itu sangat mengganggu hidup dan pikiran mereka. Keluarga Nuh membutuhkan jaminan. Setelah tsunami Aceh banyak orang trauma, terlebih orang-orang yang tinggal di pinggir pantai. Mereka bukan hanya gemetar atas gempa yang telah berlalu, tetapi segera was-was dengan datangnya Tsunami.

(Saya teringat dengan gempa di Yogya. Saat hati masyarakat masih gemetaran akibat gempa, satu jam kemudian ada berita bahwa tsunami datang. Semuanya kalut).

Allah mengerti dengan kondisi keluarga Nuh, maka Allah membuat perjanjian dengan Nuh, bahwa Allah tidak akan memusnahkan bumi ini lagi dengan air bah. Allah tidak lagi membinasakan  manusia tetapi mengikutsertakannya sebagai mitra-Nya dalam janji keselamatan.

Untuk meyakinkan mereka, Allah membuat ‘tanda’ untuk menguatkan janjiNya.

Pada ay. 12-13, Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi”. Tanda perjanjian keselamatan Allah yang penuh anugerah dinyatakan melalui simbol busur.

Busur – pelangi = qeset (ibrani)

Pemahaman orang Yahudi dahulu kala, bahwa Allah menghukum segera setiap umat yang berdosa. Allah menghukum setiap orang yang berdosa dengan busur yang dilengkapi dengan anak panah. Busur dipakai oleh Allah untuk memanah setiap umat yang berdosa, sehingga mereka binasa. Karena dosa sudah merajalela, Allah mendatangkan air bah, untuk membersihkan bumi dari perbuatan dosa. 

Selanjutnya, Allah memutuskan untuk membaharui bumi. Allah menandai keputusannya dengan menaruh busurnya di awan, dalam wujud pelangi. Oleh sebab itu, Pelangi itu bermakna ‘tumbuhnya pengharapan dan keselamatan yang baru’. (saya ingat ; jangan menunjuk pelangi).

Busur Allah yang pernah membinasakan kehidupan umat kini berubah fungsi menjadi busur Penebus dan Penyelamat bagi umat yang berdosa. Allah mengubah busur dari senjata menghukum menjadi pengingat untuk  menjaga dan melindungi manusia. Dengan pelangi itu, juga mengingatkan manusia agar mengingat kasih karunia Allah.

Dalam suasana kasih karunia itulah, umat diberi pengharapan dan kesempatan untuk bertobat. Sehingga umat dapat menjaga diri dari dorongan dan daya tarik dunia seperti yang pernah dilakukan oleh orang-orang pada zaman Nuh.

Allah telah berjanji bahwa tidak lagi akan menghukum bumi ini dengan ‘air bah’. Allah telah memenuhi janji-Nya itu selama lebih dari 4.000 tahun. Sebagai umat Tuhan, kita percaya akan janji Allah itu.

Namun demikian kita harus meresponi janji Allah itu dengan sikap yang bijak, yaitu tidak lagi mengulangi dosa-dosa, perbuatan yang tidak berkenan kepada Tuhan, tetapi kita turut serta menjaga dan memelihara bumi ini. 

 

Dalam praktek hidup sehari-hari, betapa sering kita melupakan dan mengabaikan perjanjian keselamatan Allah itu. Hal itu ditandai dengan sikap perjalanan hidup  manusia, yang tidak  menghayati hidup sebagai suatu ziarah iman. Tetapi menjadikan hidup sebagai rangkaian panjang petualangan akan dosa. Padahal relasi khusus yang diikat oleh Allah dalam perjanjian-Nya bertujuan agar kehidupan kita dapat menjadi suatu ziarah iman di mana kita selalu haus kebenaran-Nya. Ketika rasa haus kita tidak lagi terarah kepada kebenaran Allah, maka akan berubah menjadi rasa haus akan kenikmatan dunia ini. Sementara, kenikmatan dunia tidak akan memuaskan jiwa kita.

Namun, jika kita telah berada pada kenikmatan dunia itu, kita perlu bersikap seperti pemazmur (25 : 4 – 5) : “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari”.

Tuhan Yesus, Pelangi Bagi Orang Percaya

Air, api, gempa bumi, angin badai ;  bisa saja memusnahkan mahluk di bumi ini. Namun ada satu jaminan bagi setiap orang percaya, dimana mereka tidak akan binasa oleh sesuatu apapun. Dalam Yoh. 3:16 dikatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Tuhan Yesus Kristus menjadi tanda pelangi bagi setiap orang percaya. Mari kita merendahkan hati di hadapan Tuhan, dengan mendengar ajaranNya, percaya akan firmanNya, dan melakukan perintahNya. Dengan demikianlah kita menikmati janji Allah, yang penuh dengan keselamatan, dimana hidup kekal akan menghampiri kita. AMIN

4 Februari 2021

Yesaya 40:27-31 Minggu, 7 Pebruari 2021

ALLAH KEKUATAN KITA

 

Kitab Yesaya dibagi dalam dua tema besar, pada bagian pertama berbicara tentang hukuman Allah karena dosa (Pasal 1-39), dan pada bagian kedua tentang keselamatan yang dijanjikan (pasal 40-66).

Nas Yesaya 40:27-31 ini merupakan bagian kedua, dimana umat Tuhan sedang berada di pembuangan Babel. Di pembuangan ini, mereka menganggap ditinggalkan oleh Tuhan. Mereka merasa lesu. Seolah-olah Tuhan tidak sanggup menolong mereka. Keadaan ini membuat bangsa ini merasa putus asa dan tidak punya pengharapan lagi.

Di tengah-tengah perasaan seperti itulah, Yesaya mengingatkan agar umat tidak putus asa sekalipun penderitaan melilit kehidupan mereka. Tuhan akan datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya yang berkuasa.

Yesaya menguatkan Israel, bahwa mereka adalah umat yang dikasihi Allah. Yesaya mau menumbuhkan semangat bangsa Israel supaya tidak berputus asa.

Karena bangsa ini dikasihi maka Tuhan akan memberikan kekuatan yang luar biasa kepada umat-Nya. Allah sumber kekuatan yang telah menciptakan langit dan bumi. Tuhan akan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada umat yang tidak berdaya.

Orang yang mendapat kekuatan dari Tuhan akan seperti burung rajawali. Burung rajawali memang burung yang dapat melintasi benua, tidak dapat dikalahkan oleh badai. Berjalan…. Terbang tidak mengenal lelah demikianlah orang yang menanti-nantikan Tuhan.

Umat yang berada pada saat itu di pembuangan (Babel) akan dibebaskan Tuhan. Allah akan memberikan keselamatan bagi umatNya. Keselamatan itu diberikan karena anugerah melalui kuasa Allah sang penebus.

Sekalipun pembuangan yang menyakitkan bagi umat Tuhan, namun bagi Tuhan pembuangan bukanlah hukuman yang kekal melainkan suatu pembinaan (pendidikan). Dengan pengalaman sebagai umat yang terbuang, maka mereka akan mengerti akan maksud Tuhan bagi kehidupan mereka sebagai umat pilihan. Itu sebabnya, sekalipun mereka telah mengalami pembuangan tetapi Tuhan tidak pernah melupakan mereka. Tuhan selalu mengingat umatNya’

 

Dalam menjalani kehidupan ini, kita seringkali menghadapi tantangan dan pergumulan hidup. Tantangan hidup itu bukan karena Tuhan melupakan kita. Tuhan akan selalu menyertai kita. Hanya saja kita perlu melihat makna dari sebuah pergumulan (salib) yang kita pikul. Tuhan sesungguhnya sedang menjadikan kita baru dan berharga dimataNya. Tuhan penuh Kasih, sebab Dia tidak akan pernah melupakan kita, bahkan  Ia telah mengampuni segala dosa pelanggaran serta menebus hidup kita.

Tuhan Yesus telah menebus kita dengan kasih setiaNya. Kita telah dianugerahi keselamatan. Oleh karena itu, dengarlah seruanNya dan hiduplah dengan segala perintahNya. Di dalam Tuhan selalu ada pengharapan baru. Bahkan ketika kita telah berdosa dan dihukum oleh Tuhan, janganlah berputus asa karena Ia adalah Allah yang telah membentuk kita menjadi umat-Nya, dan Ia adalah Penebus kita dan yang akan tetap setia untuk menolong kita. Karena itu, percayakanlah hidupmu senantiasa kepada penyertaan Tuhan.

Dalam kehidupan dunia sekarang ini, manusia seperti dipacu untuk mengejar segala sesuatu. Semestinya manusia sadar, bahwa ia tidak akan pernah memperoleh segala yang ada di dunia ini. Jika manusia menguras energy dan waktu serta perasaan untuk menguasai semuanya, maka manusia itu mendatangkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Dan itu adalah dosa. Dosa itu membuat kita menderita.

Ketika manghadapi cobaan dan penderitaan, janganlah mata kita 100% tertuju kepada masalah itu, tetapi pandanglah kepada Tuhan yang jauh lebih besar dan berkuasa atas masalah yang kita hadapi. Paulus berkata (2 Korintus 12 : 9) : "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Orang yang berharap kepada Tuhan akan dijanjikan :

a.    Kekuatan Allah menyegarkan kita ditengah-tengah kelelahan dan kelemahan, penderitaan dan pencobaan

b.    Kita dimampukan menghadapi persoalan hidup ini, bagai rajawali yang mampu menaklukkan badai, tidak mengenal lelah dan putus asa (Filipi 4:13)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (I Pet 5:7) andalkan lah Tuhan dalam menghadapi segala permasalah hidup, karena terlalu kecil bagi kita untuk memikirkan semua persoalan hidup ini, terlalu kecil mata kita untuk melihat solusi problem yang kita hadapi. Tapi dengan memandang Tuhan, kita diberi semangat baru menghadapi semua pergumulan hidup ini.

Saat-saat sekarang ini, banyak sekali orang merasa lelah, hilang harapan atas kehidupan ini, terutama disebabkan covid19.  Banyak sekali orang merasa putus asa dan kecewa secara berlebihan dan berlarut-larut. Keadaan ini justru melemahkan diri sendiri. Ada baiknya kita move on. Kita menerima situasi ini dengan tetap penuh kehati-hatian, yaitu mengikuti protokol kesehatan.

Kita tidak berdiam diri dan menunggu berakhir covid ini. Tetapi kita tetap beraktifitas menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat dan sukacita. AMIN.

27 Januari 2021

Lukas 4:31-37 FIRMAN YANG MENAKJUBKAN

            PERKATAAN YESUS YANG PENUH KUASA

 Kita semua tentu pernah mendapat pengajaran dari guru. Kita memiliki banyak cerita atau pengalaman dengan guru yang pernah mengajar kita. Seorang guru selalu memiliki bahan dan metode. Tugas seorang guru adalah mengubah perilaku murid dan mencerdaskannya. Tiap-tiap guru memiliki ragam cara atau gaya mengajar, agar yang diajarkan sampai kepada murid. Adakalanya seorang guru mengajar biasa-biasa saja. Tetapi banyak guru memiliki talenta (wibawa/kuasa) mengajar secara luar biasa.

Yesus adalah juga seorang Guru. Ketika mengajar di rumah ibadat disebutkan, pendengar Yesus merasa takjub.

Mengapa takjub ? Kuasa (wibawa) Yesus berasal dari kesatuanNya dengan Allah yang adalah sumber segala kuasa. Jiwanya, kemauannya, dan rencananya menyatu dengan kehendak Allah. Kuasa Allah terpadu secara harmonis dengan kasihNya. Yesus mengajar untuk memulihkan kembali hubungan yang benar antara Allah dengan manusia.

Itu berarti Yesus menggugat pendengarnya supaya mengalami perubahan secara keseluruhan. Yesus mengajak pendengarnya untuk melepashan tradisi dan kemapanan yang sudah mengikat hati manusia. Yesus sungguh-sungguh menyentuh, mengusik, dan menggugat kedalaman hati  hidup pendengarnya.

Metode, bahan, dan gaya hidup Yesus mengajar memang cukup membuat pendengarnya takjub/terpesona. Artinya, mereka membenarkan, mengaminkan pengajaran Yesus.

Ketika semua orang dengan tekun mendengar pengajaran Yesus, tiba-tiba terjadi kekacauan. Salah seorang pendengar berteriak, (ay.34) : Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah’.

Yang berteriak itu adalah setan (roh jahat). Setan itu tinggal di dalam diri dan menjadi pondasi hidup yang memeliharanya. Setan itu menyadari bahwa antara dirinya dengan Yesus terdapat jurang pemisah yang sangat dalam, yang tidak mungkin tercipta persahabatan, yang ada hanya peperangan. (Ibrani  4:12) : Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Oleh sebab itu, ketika Yesus mengajarkan kebenaran, maka setan merasa tergugat oleh perkataan Tuhan Yesus. Setan itu tersinggung dan terguncang-guncang. Roh jahat yang ada pada orang itu tak kuasa berhadapan dengan kuasa yang dimiliki Yesus. Akibatnya, setan itu gusar sehingga menghempaskan orang yang dikuasainya.  

Yesus yang mengalahkan segala kuasa roh-roh jahat menjadi undangan bagi kita untuk percaya pada kuasa dan kasih Yesus.

 

Di dunia ini ada setan (kuasa jahat) dan kuasa Allah. Di zaman moderen ini, setan itu tidak lagi selalu berbaju hitam dan tinggal di tempat sepi atu kuburan. Tetapi setan itu tinggal di dalam diri manusia, baik ia di tempat sepi atau ramai.

Roh jahat memang mempunyai kuasa. Ia dapat memainkan perannya bagi orang-orang yang lemah imannya. Orang-orang yang dirasuki roh jahat selalu memikirkan dan melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki Allah. Kuasa roh jahat selalu membawa orang pada kegelisahan.

Seseorang yang dirasuki oleh roh jahat dapat terdeteksi dari gerak-gerik yang selalu grusa-grusu, tidak tenang, dan sering membuat onar/gaduh.

Ucapannya ngaur, suka menyakiti sesaman, tidak jelas, membuat orang lain turut terganggu.

Tujuan roh jahat (setan) hanyalah kepentingan nafsu duniawi.

Banyak orang mencari wibawa/kuasa berdasarkan hal-hal yang fana, dan hidup dengan penuh dosa. Tetapi wibawa semacam itu tidak bertahan lama dan hanya membawanya pada kebinasaan. Wibawa atau kuasa sesungguhnya hanya dapat diperoleh melalui kepatuhan kepada perintah Tuhan dan hidup berdasarkan kasih dan kebenaranNya.

Gereja sering mengajarkan kasih dan damai sejahtera tetapi akan menjadi kering dan kosong apabila dalam kenyataannya gereja dipenuhi dengan kesombongan jabatan, keangkuhan, dan konflik. Semua perseteruan yang terjadi hanyalah karena kuasa roh jahat yang bercokol dalam diri manusia. Gereja dan orang Kristen harus selalu waspada terhadap godaan roh jahat.

Roh jahat itu mengenal Yesus dan takut kepada firmanNya.

Memang, orang yang beribadah bukanlah selalu orang-orang kudus. Sekalipun kita sebagai orang-orang berdosa, tetapi jika kita beribadah persiapkanlah hati yang penuh sukacita. Kita haruslah lebih dahulu merasakan kasih setia Tuhan di dalam hidup kita. Sehingga, ibadah kita menjadi kemuliaan bagi Tuhan.

Kita perlu membersihkan diri kira dari roh-roh jahat. Kita membuka pikiran dan hati kita terhadap firman. Kita dan memberikan hidup ini dalam tuntunan Roh Tuhan. Dengan demikian, kuasa Roh Tuhan akan menuntun kita pada ketenangan dan kedamaian hidup. AMIN

 

26 November 2020

Mazmur 24:7-10 KEMULIAAN TUHAN

 NUBUAT TENTANG KEDATANGAN RAJA KEMULIAAN

 

Mazmur adalah sebuah Kitab yang cukup menarik. Menarik karena : (a) Menggambarkan tentang Allah. Kitab Mazmur menggambarkan pengalaman orang-orang beriman untuk mengungkapkan tentang Allah. Jadi, kalau kita hendak mengetahui; Apa, Siapa, dan Bagaimana Allah; bacalah kitab Mazmur dengan penuh penjiwaan. Kitab Mazmur akan terasa enak jika ia dibaca dengan hati atau jiwa. (b) Pada bahasa aslinya dituliskan dalam bentuk karangan sastra, yang  memiliki pola-pola khusus, sehingga ia lebih mudah diingat. Misalnya :                  

      Uli pe pulo Bali, ummulian pulo Samosir 

      Uli pe boru Jambi, ummulian boru Samosir

Mazmur 24 ini melukiskan tentang Allah, yang adalah Raja Kemuliaan. Kemuliaan Allah itu disebutkan ‘jaya dan perkasa’ : perkasa dalam peperangan dan Ia juga adalah TUHAN semesta alam

1.  Tuhan semesta alam

Kebesaran/keperkasaan/kemuliaan Allah tampak dari ciptaanNya.

Ia menata dunia ini (musim, peredaran planet : matahari, bumi, bulan dsb). Segala sesuatu tentang dunia ini ada di dalam kuasa Allah.

Apakah saudara pernah merasakan kebesaran Allah ?

Dan bagaimana cara saudara merasakan kebesaran Allah itu ?

Banyak cara orang merasakan dan mengaminkan kebesaran Allah itu !

Jika saudara pergi piknik ke gunung atau ke pantai, jangan hanya ngobrol atau menyantap makanan yang dibawa atau jalan sana-sini. Tetapi sempatkan diri dengan piknik rohani, menikmati ciptaan Allah itu.

2. Perkasa dalam peperangan

Umat Tuhan adalah bangsa yang sering menghadapi peperangan. Dari segi jumlah dan alat persenjataan, umat Tuhan sebenarnya tidak kuasa menghadapi musuh. Tetapi faktanya, mereka mengalahkan musuh. Misalnya juga pertarungan Daud vs Goliat.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih dirasakan sebagai pertolongan Tuhan.

Secara menyeluruh, Mazmur 24 ini merupakan rangkaian acara pemindahan Tabut Perjanjian Allah ke dalam kota Yerusalem. Tabut Allah disimbolkan sebagai wujud kehadiran Allah. Oleh sebab itu, kehadiran tabut Allah ini merupakan wujud penyambutan terhadap Allah. Dalam perenungannya Daud memberikan semangat dan motivasi kepada umat agar bersungguh-sungguh dan penuh kerelaan hati menyambut upacara perayaan kehadiran Tabut Perjanjian di tengah-tengah Israel. Jika Allah berada di tengah-tengah meraka, maka Ia akan melindungi, memelihara, dan memberkati.

Apa yang hendak kita katakan dengan Allah yang besar itu ?

Allah yang besar itu memiliki otoritas.

Dalam hidup ini, kita seringkali menyaksikan suatu realita yang tidak dapat kita selami. Mis.: kok ada orang yang tidak percaya atau mungkin penjahat, atau orang yang tidak pernah berdoa atau ke gereja; tapi hidupnya seperti diberkati Tuhan ? Padahal, ada orang yang rajin ke gereja, berdoa, melakukan yang baik; tapi kok menderita ? Jawabnya : itulah otoritas Tuhan. Itulah kebesaran Tuhan. Manusia tidak berhak membantahNya. Manusia hanya berhak melakukan apa yang Tuhan perintahkan,  manusia tidak berhak menuntut atau membela diri dihadapan Tuhan. Tuhan punya otoritas. Allah mempunyai kehendak yang tidak dapat dibatasi oleh siapapun.

Kita perlu merendahkan hati di hadapan Tuhan.

Di dalam hidup ini, kita melakukan berbagai perjuangan. Namun, di dalam perjuangan ini harus kita sadari, ada kekuatan yang mempengaruhi perjuangan kita, yaitu Allah yang memiliki kehendak. Oleh sebab itu, apa pun hasil suatu perjuangan kita harus melihat peran/kehendak Allah. Dengan demikian, suatu perjuangan yang sukses tidak membuat kita lupa diri.

Demikian juga, dalam suatu kegagalan, kita tidak harus kecewa, putus asa atau mencari kambing hitam atau kambing putih. Allah memiliki otoritas.

Tetapi hendaklah di dalam semua kehidupan ini, kita senantiasa merendahkan hati. Yang utama, mari kita melakukan apa yang diperintahkan Allah. 

Tuhan berkenan hadir dalam kehidupan kita dan mamberi keselamatan di dalam Yesus Kristus. Kita membuka hati kita dengan kemurniannya. Artinya tidak ada hal-hal buruk yang tersimpan dalam hati. Kita berusaha menjaga hati kita supaya tetap berkenan kepada Tuhan karena dari situlah akan terpancar kehidupan (baca Amsal 4:23).  Bila hati kita bersih, secara otomatis akan berdampak pula terhadap ucapan dan mulut kita.  Segala ucapan dan tindakan kita yang digerakkan oleh hati yang tulus dan murni akan membuat hidup kita merasakan sukacita. AMIN

 

6 November 2020

1 Timotius 2:1-7 Minggu, 8 November 2020

 TANGGUNG JAWAB ORANG KRISTEN DALAM POLITIK

 Pemberitaan Injil merupakan tugas semua orang percaya, yaitu orang yang telah menerima keselamatan dari Yesus Kristus. Tujuan dari pada itu adalah agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (3).

Paulus adalah orang yang telah dipilih Tuhan secara khusus untuk memberitakan Injil tersebut. Ia memberitakan Injil lintas negara. Paulus menghadapi berbagai rintangan dalam pekabaran Injil. Selain tantangan dari para pengajar sesat, kendala dari pemerintah adakalanya juga timbul. Semua itu menjadi penghambat pemberitaan Injil.

Paulus merasa perlu memberitahukan semua hal tentang pemberitaan Injil itu kepada Timotius, sehingga ia makin dikuatkan dalam pemberitaannya. Timotius yang masih muda belia itu dinasehatkan Paulus supaya menaikkan doa permohonan, doa syafaat untuk raja-raja dan semua pembesar.

Rajaraja dan pembesar adalah orang-orang yang kuat, yang memiliki kuasa. Mereka perlu didoakan agar menggunakan kuasanya dengan baik dan benar. Dengan demikian masyarakat dapat hidup dengan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Di tengah-tengah masyarakat yang tenteram itulah maka pelaksanaan pemberitaan Injil dapat pula berlangsung dengan baik.

Kita bersyukur hidup dizaman ini, dimana kita telah menerima firman Tuhan. Dizaman elektronik ini, kita semakin dimudahkan untuk menemukan firman Tuhan. Melalui Alkitab yang dengan mudah sekarang kita temukan disebutkan bahwa : Mazmur  119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Dalam penerapannya, Firman Tuhan dapat melepaskan orang yang tertindas (Mazmur  119:107) : ‘Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.’ Tapi tidak dapat juga kita lupakan bahwa firman Allah itu bagaikan pedang bermata dua (Ibrani  4:12) ‘Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun…..’. Intinya, jika kita menerima firman Tuhan untuk menguasai hati kita, maka kita akan memperoleh hidup yang penuh sukacita dan pengharapan akan hidup kekal.

Namun, melalui tema kita minggu ini, apakah semudah yang kita bayangkan kehadiran firman Tuhan dalam kehidupan manusia ? Sulit kita bayangkan,  bagaimana firman Tuhan diusung dari Eropa ke Indonesia (ke Tanah Batak), dengan alat transportasi dan komunikasi pada abad 18. Satu hal yang dapat kita yakini, semuanya itu hanya karena kuat kuasa Roh Kudus. Hanya lewat Kuasa Roh Tuhanlah yang memberikan kemauan dan keberanian kepada para hambanya untuk membawa Berita firman Tuhan ke tanah Batak.

Dalam sejarah gereja Batak dicatat, Munson dan Lyman adalah dua penginjil yang mati dibunuh di tanah batak. Ini menjadi bukti bahwa firman Tuhan seringkali mendapat penolakan. Mestinya, firman yang dapat memberikan kehidupan itu dapat diterima dengan sukacita.

Sebagai orang Kristen, kita tetap percaya bahwa pemberitaan Injil adalah tugas mulia, perintah Tuhan Yesus. Kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki tanggung jawab dalam bernegara (politik) : (a) melakukan kewajiban, misalnya membayar pajak, (b) berpartisipasi dalam pemilu. (c) Berdoa. Doa adalah nafas hidup orang Kristen. Kita perlu berdoa di dalam hidup ini. Kita berdoa bukan hanya untuk diri kita tetapi juga perlu berdoa pemerintah. Firman ini mengingatkan kita untuk berdoa bagi rajaraja dan pembesar (pemerintah). Kita boleh meyakini bahwa kuasa mereka berasal dari Allah. Karena itu, kita berdoa bagi mereka agar dapat menggunakan kuasanya dengan baik. Kita berdoa agar mereka beroleh hikmat dari Tuhan sehingga mereka memimpin dengan baik dan benar, supaya takut akan Allah. ‘takut akan Allah’ adalah orang yang takut melakukan dosa. Dengan demikian, masyarakat menikmati hidup tenteram. AMIN

23 Oktober 2020

2 Raja raja 23:1-14 REFORMASI YOSIA

REFORMASI SPIRITUALITAS

Tak seorang pun di antara kita yang mau disebut tidak beragama. Semua kita adalah orang beragama dan memiliki keyakinan. Agama mengajarkan keyakinan, namun itu seringkali sebatas pengetahuan belaka. Keyakinan itu tidak mengalir dalam hidupnya. Tak terlalu mengherankan, sekalipun seseorang itu beragama dan tampak memiliki keyakinan tetapi ketika pergumulan menghampirinya, maka ia begitu rapuh dan tak berdaya. Apakah keyakinan yang diajarkan agama itu meresap ke dalam diri dan mewarnai hidupnya ? Banyak orang yang beragama melontarkan slogan atau istilah yang ada dalam agamanya namun hanya sebatas kata. Kata-kata tak seiring dengan perbuatan merupakan kemunafikan. Tampaknya, ada yang perlu direformasi.

Yosia adalah raja yang diangkat ketika masih usia muda belia. Dalam kepemimpinannya, ia melihat bahwa umat Tuhan sudah melenceng dari kehendak Tuhan. Mereka mengaku dan menyembah Allah yang menuntun nenek moyangnya dari perbudakan, tetapi praktek keagamaan umat Tuhan sudah sangat dipengaruhi oleh para penyembah berhala.

 

Raja Yosia tampil untuk melakukan reformasi, agar umat Tuhan tetap dapat menjadi umat kesayangan Tuhan. Raja Yosia menekankan ‘untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.’

Raja Yosia melakukan semua itu untuk membaharui kehidupan umat Tuhan, secara menyeluruh maupun pribadi.

Raja Yosia menyadari bahwa reformasi yang dilakukan tidaklah mudah, akan banyak hambatan/tantangan yang harus dihadapi. Tetapi raja Yosia tidak gentar melakukan itu, asalkan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.

 

Langkah reformasi yang segera dilakukan raja Yosia adalah membersihkan segala pengaruh penyembahan berhala.

 

1.      Mengeluarkan dari bait TUHAN segala perlengkapan peribadahan.

           Bait Allah memerlukan perlengkapan-perlengkapan untuk mendukung peribadahan, sehingga ibadah dapat berlansung dengan benar. Namun, bait Tuhan tidak lagi hanya diisi oleh perlengkapan yang penting/dibutuhkan tetapi sudah diisi dengan berbagai asesoris yang tak bermanfaat dengan ibadah. Malahan asesoris itu telah dijadikan sebagai alat dan sembahan, yang sama dengan perlakuan para penyembah berhala. Semua itu  dikeluarkan, dibakar dan ditumbuk halus-halus menjadi abu.

2.     Memberhentikan para imam

          Tugas para imam sesungguhnya untuk membimbing umat agar taat kepada Tuhan. Namun para imam telah menyalahgunakan jabatan ini. Para imam lebih banyak fokus kepada korban penyembahan. Umat datang dan memberikan korban-korban bakaran. Semua korban sembahan itu hanya memperbuncit perut para imam. Karena itu, segala bukit-bukit pengorbanan dinajiskan dan dibakar. Mereka hanya boleh memakan roti yang tidak beragi di tengah-tengah saudara-saudara mereka. Tak sedikit di antara imam harus diberhentikan.

3.     Menghancurkan tempat penumbalan anak-anak  

Umat juga sudah memiliki pandangan yang sangat duniawi. Umat tak enggan mengorbankan yang sangat berharga asalkan memperoleh nilai-nilai jasmani yang dikehendaki. Mereka rela mengorbankan (menumbalkan) anak-anak yang justru harus mereka pelihara. Ini adalah kekejian bagi Tuhan. Mereka melakukan itu hanya untuk memperoleh duniawi belaka.

 

 

 

Yosia melihat betapa pentingnya semua ini dilakukan untuk membaharui umat Tuhan. Ibadah adalah perjumpaan dan pujian kepada Tuhan. Imam/pemimpin harus hidup dengan benar dan membimbing umat pada hidup yang benar. Bangsa itu akan mengalami petaka besar apabila tidak taat kepada Tuhan.

 

Manusia telah memasuki zaman moderen. Kemoderenan seringkali dikaitkan dengan fasilitas, yang berkait erat dengan ekonomi. Manusia pun berlomba mencari hal yang duniawi tersebut untuk disebut sebagai manusia moderen. Gereja pun tidak lepas dari duniawi itu. Gereja terus berpacu untuk pembangunan fisik. Kemegahan gedung gereja menjadi standar sebuah gereja moderen. Tentu, kemegahan dengan seluruh fasilitasnya itu diperlukan.

Namun, benarkah kemegahan gedung itu simbol spirit umat yang berkumpul di dalamnya ?  Tak lagi menjadi rahasia, hanya untuk pembentukan panitia saja acap terjadi pertikaian. Sementara, dari mimbar seringkali terdengar cercaan kepada para ahli Taurat yang memberatkan umat, tapi prakteknya gereja seringkali membebani jemaat dengan sebutan pengumpulan dana. Saat pertanggungjawaban ..... hahahaha .... curiga muncul... terjadi perpecahan ... lalu sebahagian keluar dari persekutuan. Atau muncul kelompok pro-kontra.

 

Jabatan atau kuasa menjadi sangat penting. Orang yang demikian tak segan-segan melakukan penyembahan berhala, bahkan mengorbankan yang sangat berharga untuk memenuhi hasratnya. Para pemimpin demikian tidak mungkin memiliki jiwa panggilan untuk melayani umat, kecuali untuk memuaskan keinginan duniawinya. Mereka juga tak enggan melanggar aturan/peraturan untuk dapat disebut imam/pemimpin. Jelas, tujuan orang yang demikian tak lain dan tak bukan adalah untuk mencapai hasrat pribadinya.

Manusia  yang demikian adalah pemimpin yang tak memiliki spiritualitas. Sebab manusia yang memiliki spiritualitas adalah orang yang memiliki tujuan hidup serta hubungan dan rasa keterikatan dengan sesuatu yang misteri, maha tinggi, Tuhan, atau sesuatu yang universal.

Hidup manusia memang sudah sangat duniawi. Manusia begitu tertuju kepada nilai-nilai dunia ini. Ketika manusia tak memiliki sesuatu untuk diandalkan di dunia ini, ia merasa tak berarti. Ketika manusia menghadapi kesulitan dalam hidup ini, ia segera putus asa. Seringkali manusia tidak kuat menghadapi realita dunia. Manusia terlalu rapuh. Manusia tidak memiliki spirit.   

Tak sedikit juga manusia merasa hebat ketika ia memiliki ini dan itu, sekalipun semua diperoleh dengan cara yang tak berkenan bagi Tuhan. Entah itu melanggar aturan atau menyembah berhala. Anehnya, perbuatan mereka ini mendapat dukungan dari manusia yang juga sekedar memperoleh nilai-nilai dunia ini.

Orang percaya hendaknya hidup dengan kebenaran, bukan pada kejasmanian semata. Hidup dengan kebenaran maka kita akan menemukan makna dan tujuan hidup serta hubungan dan rasa keterikatan dengan sesuatu yang misteri, maha tinggi, Tuhan, atau sesuatu yang universal. Spiritualitas yang dimiliki oleh seseorang akan mewarnai kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak pada hubungan individu dengan dirinya sendiri, orang lain, alam, kehidupan dan apapun yang akan membawa hidupnya pada kebahagiaan. AMIN