5 Februari 2022

        Yeremia 17 : 5 - 10 

 DIBERKATILAH ORANG YANG MENGANDALKAN TUHAN

 17:5 Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!

17:6 Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.

 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!

17:8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

 17:9 Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?

17:10 Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."

 

26 Maret 2021

Mazmur 31:8-16 BERSORAKLAH AKAN KASIH SETIA TUHAN

     BERSORAKLAH AKAN KASIH SETIA TUHAN

 

Nas ini diawali dengan kalimat ‘Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita’. Kalimat ini wajar saja jika diungkapkan oleh orang yang sedang merasakan berkat. Rasanya sulit kalau kalimat ini keluar dari orang yang sedang mengalami penderitaan.

Kita tentu pernah mengalami pergumulan hidup ; bisa masalah  konomi, pekerjaan, hubungan keluarga, penyakit, hinaan, atau penderitaan lainnya.  

Penderitaan itu bisa saja datang dari diri sendiri tetapi bisa juga karena  perbuatan orang lain.

Penderitaan itu bisa berbentuk materi, pikiran atau hati.

Atas berbagai penderitaan yang terjadi, satu hal sangat tidak disukai adalah celaan. Makanya ada perkataan, ‘sakitnya tidak seberapa, tapi malunya itu’. Kalau sudah dipermalukan bisa naik ubun-ubunnya. Makanya ada bahasa Batak mengatakan ‘Unang marsipailaan’. Masalahnya, tidak sedikit juga orang mempermalukan dirinya sendiri. Misalnya ; ada orang yang datang ke sebuah pesta dengan ragam asesoris. Pokoknya penampilannya ‘wah’. Sampai di situ tidak ada masalah. Tapi kemudian ia masih mengumpulkan sisa2 makanan untuk dibawa pulang. Inilah yang disebut mempermalukan dirinya sendiri.

 

Daud dikelilingi musuh, diintai bahaya, diintip maut. Dia dikejar tentara suruhan Saul. Raja Saul menggunakan segala cara dan usaha yang dapat menghabisi Daud.

Kemudian Daud bersembunyi di lobang batu dan tidur di celah sempit gunung. Kecemamasan, kegundahan, dan kesesakan mewarnai kisah hidup Daud. Jiwanya merasa sesak. Sebenarnya, Daud belum mengalami penderitaan fisik, tetapi ia takut kalau-kalau ancaman itu terjadi. Ia akan merasa tercela (malu), dan musuhnya akan beria-ria. Daud tidak ingin mendapat malu atau dipermalukan.

Karena itu, Daud tidak berhenti pada situasi yang sulit itu. Daud adalah orang beriman. Ia adalah orang yang beriman dan berpengharapan. Karena itu ia berseru :

31:15 Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!"

31:16 Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!

Di dalam ayat 15 kita temukan sebuah komitmen dari Daud, sikap iman yang mampu menggeser kesulitanya menjadi ungkapan kepercayaan penuh kepada Allah. Dia percaya bahwa di dalam kesulitan, kesedihan dan tantangan yang begitu besar terdapat kekuatan yang baru dari Allah sehingga Daud mengungkapkan : ‘tetapi, aku, kepadaMu aku percaya, ya Tuhan.

Pada akhirnya, Daud menikmati kasih setia Tuhan.  Ia bersorak-sorak dan bersukacita. Tuhan sungguh-sungguh dirasakan sebagai pelindung dalam hidupnya. Daud merasakan pengasihan Tuhan, yang membebaskannya dari upaya pembunuhan.

Kemudian hari, Daud dapat dengan mantap dan bersukacita menjalani hari-hari hidupnya sebagai raja.

 

Berdasarkan tahun gerejawi, minggu ini kita memasuki Minggu Palmarum. Secara tradisi pada minggu ini kita mengingat kisah Yesus memasuki Yerusalem. Orang banyak menyambut kedatangan Yesus dengan menghamparkan pakaiannya di jalan,  dan ada pula yang memotong ranting-ranting pohon dan menyebarkannya di jalan. Sehingga Minggu Palmarum dimaknai dengan arti sukacita. Memang, Minggu Palmarum dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sukacita dan sekaligus menjadi minggu-minggu sengsara (minggu passion). Di minggu passion ini, mengingatkan kita akan sengsara yang dialami oleh Yesus. Sengsara yang dialamiNya itu, merupakan wujud Kasih setia Tuhan. Kesengsaraan itu merupakan jalan penebusan dosa.

Yesus menjalani semua derita yang dikenakan kepadaNya, tetapi Yesus menjalani semua itu dengan ketabahan. Ia berserah kepada Allah.

Dengan derita dan pengorbanan Tuhan Yesus, maka ini merupakan sumber sukacita yang begitu besar dalam hidup kita, dimana kita beroleh keselamatan.

Hidup yang bersorak sorai atau bersukacita, bukanlah hidup tanpa penderitaan atau kesulitan. Hidup yang bersukacita datangnya dari sikap yang berkarakter dan berintegritas. Sikap yang bagaimana yang kita tunjukan ketika menghadapi pergumulan itu. Bahkan melalui nas ini kita pahami bahwa dari penderitaan dan kesulitan itu akan melahirkan sebuah pengakuan iman dan kepercayaan penuh atas perlindungan yang diberikan oleh Allah.

Karena itu, marilah kita menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan, kota benteng, tempat pengungsian.

Berserulah dengan penuh harap kepada Tuhan. Karena Ia mengasihi kita, mengasihi umatNya. Jadikanlah Tuhan tempat perlindungan abadi. Berseru-serulah kepadaNya dengan penuh pengharapan. Bersukacitalah, karena Tuhan itu adil dan penuh kasih. AMIN

 

16 Maret 2021

Ibrani 5:5-10 MELKISEDEK

   KRISTUS POKOK KESELAMATAN

 

Di dalam kitab Kejadian tersebut seorang imam, bernama Melkisedek, yang berarti ‘raja kebenaran’, adalah raja Salem dan imam Allah yang Mahatinggi (Kejadian 14:18-20).

Sebagai seorang imam, maka ia memiliki tugas untuk memberkati. Melkisedek menyediakan roti dan anggur kepada Abraham dan pasukannya. Ia menunjukkan persahabatannya. Dia menganugerahkan berkat bagi Abraham dan memuji Allah karena memberikan Abraham kemenangan dalam pertempuran.

Melkisedek memberkati Abraham (kej. 14:19). Ini adalah pekerjaan sesuai jabatan keimaman (Bil. 6:22-27). Abraham menerima berkat, sehingga ia mempersembahakan persepuluhan kepada Melkisedek. Dengan tindakan ini, Abraham menunjukkan bahwa ia mengakui Melkisedek sebagai imam dengan kedudukan rohani yang lebih tinggi.

Ibrani 7: 3 menyatakan kalau Melkisedek ‘tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Allah, ia tetap menjadi imam sampai selamalamanya.

Gambaran kitab Ibrani ini memiliki makna harfiah, bahaw Melkisedek dan Yesus Kristus adalah orang yang sama. Melkisedek adalah salah satu tipologi dari Kristus yang merupakan pratanda dari pelayanan Allah.

Beberapa ahli berpendapat bahwa Melkisedek sebenarnya merupakan kemunculan pra-inkarnasi dari Yesus Kristus,

Di dalam bacaan kita disebutkan bahwa Kristus adalah imam besar. Yesus Kristus menjadi imam besar adalah (a) karena Allah sendiri yang memuliakannya. (b) didukung oleh peraturan Melkisedek. Artinya, ditinjau dari sudut rohani dan jasmani (aturan), maka Yesus Kristus adalah Imam Besar.

Sebagai Imam Besar, Yesus Kristus menampakkan hal itu di dalam hidupnya :

-          mempersembahkan doa dan permohonan kepada Allah

Dia tidak bergantung pada dirinya sendiri tetapi menyerahkan seluruh hidup dan pekerjaanNya kepada Allah.

-          kesalehanNya

Dia sangat mementingkan kerohanian, sehingga hati dan perbuatannya terarah kepada hal-hal sorgawi. ia tidak terikat pada yang duniawi ini.

-          taat atas segala derita

Dia tidak mencari penderitaan. tetapi kalaupun derita harus menghampiri diriNya maka siap sedia menerimanya. Hal ini diungkapkan Yesus dalam perkataanNya (Matius 26:39) : "ya Bapa-ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Akhirnya (9) Yesus disebut sebagai Pokok Keselamatan Yang Abadi. Yesus yang hidup dengan penyerahan diri kepada Allah, hidup saleh, dan menderita demi manusia menjadikannya sebagai pokok keselamatan. Dialah satu-satunya yang dapat memberikan keselamatan bagi manusia. Yohanes 14:6 : kata Yesus kepadanya: ‘Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.’

Imam adalah jabatan terhormat yang dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan. Yesus menjadi imam Besar Agung. Dia menjadi pokok keselamatan abadi. ia lahir dari bunda Maria yang dinaungi oleh Roh Kudus dan kuasa Allah yang mahatinggi. Dia pun disebut kudus, Anak Allah (Luk.1:30-35).


Sebagaimana Abraham membutuhkan dan menerima berkat Allah melalui Melkisedek demikian pula kita diberkati melalui Yesus Kristus, imam kita untuk selamalamanya.

Banyak orang hanya memikirkan dirinya sendiri; tidak mengenal hidup berkorban, berbagi, dan berbelas kasih kepada orang lain. Hal tersebut bukan cara hidup Yesus. Yesus hidup seutuhnya bagi orang lain. Hidup Yesus merupakan sumber kedamaian, kebahagiaan, dan kehidupan sejati yang membawa kepada kehidupan kekal.

Bagi Yesus, mengasihi berarti melayani dan melayani serta kehilangan diri demi hidup orang lain. Yesus memilih salib bagi diriNya. Hal ini berarti setiap orang yang ingin menjadi muridNya dipanggil untuk ambil bagian dalam hidup dan pelayananNya. ‘Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, Dia akan menyelamatkannya’ (Lukas 9:24).

Marilah kiat senantiasa mengasihi sesama. Bahkan dengan pengurbanan, sebab Kristus telah lebih berkorban bagi kita. Kita mengarahkan hati kita pada sorga karena Kristus telah menjadi keselamatan bagi kita. Amin


4 Maret 2021

Efesus 2: 1-10 LETARE

    KASIH KARUNIA ALLAH YANG MENGHIDUPKAN

 

Minggu kita hari ini disebut Letare, Bersukacitalah. Hidup sukacita adalah dimana kita lepas dari beban yang ada pada diri kita. Sukacita akan dialami oleh orang-orang yang hidup dalam terang. Hanya orang-orang yang hidup dalam terang mampu berletare.

Sesungguhnya beban yang terberat dalam hidup ini bukanlah soal materi/jasmani melainkan saat kita mengalami kekosongan rohani.

Ada suatu ajaran yang disebut ‘moralisme’, yang mengajarkan bahwa melalui perbuatan baik maka orang akan memperoleh keselamatan. Ajaran itu begitu berkembang, sehingga Paulus memandang perlu meluruskan ajaran tersebut.

Ayat 1 – 3  Roh-roh jahat menguasai manusia

Paulus melukiskan situasi dan cara hidup anggota jemaat yang berasal dari bangsa-bangsa non Yahudi pada waktu dahulu, sebelum mereka bertobat. Ia katakan, bahwa pada waktu itu mereka mati. Kematian itu disebabkan oleh "pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa mereka". Mereka telah menyerahkan hidupnya terhadap dosa. Karena itu mereka "mati".

Paulus menjelaskan mengapa mereka hidup di dalam dosa. Pertama: karena mereka mengikuti jalan dunia ini. Hidup itu mereka tempuh menuruti ukuran (jalan) suatu kuasa yang, yang menguasai mereka. Kedua: karena mereka menaati penguasa kerajaan angkasa. Ada anggapan mereka, bahwa dunia ini terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan angkasa didiami oleh roh - roh jahat yang mempunyai pengaruh buruk atas manusia. Ketiga: Sekarang, roh (jahat) itu mati-matian bekerja di dalam manusia, supaya ia berontak terhadap Tuhan Allah.

Hidup di dalam dosa ini - yaitu di dalam hawa-nafsu dan menurut kehendak daging, tidak berlangsung di luar, tetapi di dalam pengetahuan mereka. Mereka melakukannya dengan sadar menurut "pikiran mereka yang jahat".

Ay 4 – 7 Allah yang menyelamatkan

Dalam situasi yang digambarkan di atas itulah Allah bertindak. Ia tidak membiarkan manusia binasa dalam dosanya. Ia menyelamatkannya dari kematian. Allah menyelamatkan manusia yang Ia nyatakan dalam Kristus : kematian dan kebangkitan-Nya. Mereka dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus, karena itu mereka mendapat bagian dalam hidup-Nya. Semua itu berlangsung semata-mata hanya karena kasih karunia Tuhan.

Ay  8 – 10 Keselamatan dan Tugas orang percaya

Dalam ayat 8 Paulus menjelaskan: Itu bukan usahamu! Itu adalah pemberian Allah. Paulus menegaskan, bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha mereka sendiri, tetapi pemberian Allah. Paulus lanjutkan penjelasan ini: Itu bukan pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri! artinya: Jangan kamu menyangka bahwa pekerjaan yang kamu kerjakan  itu adalah suatu jasa, dan bahwa karena itu keselamatan dapat kau peroleh. Semuanya adalah kasih-karunia Allah.

Dalam ayat 10 Paulus memberikan motivasi dari perkataannya itu. Anggota-anggota jemaat tidak diselamatkan oleh pekerjaan/perbuatan baik, tetapi diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan/perbuatan baik. Tugas orang percaya ialah : menerima pemberian itu, dan sebagai tanda pengucapan syukur meneruskannya (membagi-bagikannya) kepada orang lain. Untuk itu Ia telah mempersiapkan perbuatan baik bagi kita, supaya kita boleh hidup di dalamnya.

 

Sukacita akan dialami oleh orang-orang yang hidup dalam terang. Hanya orang-orang yang hidup dalam terang mampu berletare. Sukacita yang utama anak-anak terang adalah keyakinan, bahwa Kristus telah menyelamatkannya. Pengorbanan Kristus telah membuat kita menjadi anak-anak terang dan pewaris Kerajaan Sorga. Kekayaan Kristus adalah, kita dianugerahi kehidupan sorgawi yang penuh sukacita. Kekayaan Kristus itu harus sudah nampak dalam kehidupan berjemaat, sebab jemaat adalah tubuh Kristus.  Dengan demikian, maka seluruh jemaat akan mengalami sukacita yang luar biasa dalam menjalani hidup ini.

Allah berkenan menerima dan mengampuni. Allah tidak akan bertanya seberapa besar dosa yang telah kita lakukan, tetapi Allah tersenyum dengan penuh sukacita menyambut setiap orang yang datang kepadaNya. Allah mau mengangkat kita kepada kedudukan yang hormat, dimana kita memperoleh sukacita dan damai sejahtera. Pintu kerajaan sorga terbuka bagi setiap orang yang mengakui dosadosanya.

Betapa besar kasih Allah bagi umatNya. Kasih Allah Bapa tidak melepaskan atau menolak manusia berdosa. Allah dalam kasihNya akan menerima manusia sebagaimana adanya, tanpa memperhitungkan kemampuan seseorang. Secara dogmatis, ‘manusia dibenarkan bukan karena perbuatan atau amal baik manusia, alai holan ala asi ni roha Debata  (Rom 11:6). Pembenaran terjadi di luar perbuatan kita.

Kasih Allah Bapa dalam Yesus Kristus membuka kesempatan kepada semua manusia dalam segala kondisi kerusakannya. Allah mengangkat manusia yang rusak dan berdosa itu sebagai anakNya. Kedatangan Yesus adalah untuk menyembuhkan yang sakit, mengampuni orang berdosa. Kasih Allah Bapa melupakan seluruh kelemahan dan dosa-dosa kita, tetapi Dia membangkitkan kita kembali menjadi manusia yang dikasihiNya.

Kita patut bersyukur atas kasih karunia Tuhan, sehingga kita memperoleh keselamatan. Buah keselamatan itu tidak kita genggam sendiri tetapi kita harus membagikannya kepada orang lain, agar mereka juga turut memperoleh keselamatan itu. Dengan demikian, perbuatan baik merupakan ungkapan syukur atas kasih Tuhan yang telah kita nikmati. Yakobus (2 : 17) ‘menyebutkan Iman tanpa perbuatan adalah mati’. Keselamatan itu dapat kita bagikan melalui ragam pelayanan, dari talenta yang Tuhan telah anugerahkan bagi kita. AMIN. 

25 Februari 2021

Roma 4:18-25 IMAN ABRAHAM

      ALLAH MEMPERHITUNGKAN ORANG PERCAYA

Orang Yahudi mengklaim bahwa mereka secara langsung termasuk umat pilihan Allah karena mereka dilahirkan sebagai orang Yahudi. Namun bagi Paulus, orang Yahudi sejati bukanlah manusia yang secara darah daging keturunan Abraham, melainkan ia adalah orang yang telah mengambil keputusan untuk menyerahkan diri kepada Allah di dalam iman sama seperti Abraham. 

Allah memanggil Abraham untuk pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui. Ia juga tidak memiliki perlengkapan yang dapat memberikan jaminan hidup kepadanya. Ia tidak memiliki dasar atas panggilan Allah. Satu hal yang membuat ia melangkah adalah percaya pada janji Allah.

Allah pun menjanjikan keturunan yang banyak baginya, tidak memiliki dasar, karena ia telah mencapai ratusan tahun. Demikian juga isterinya Sara telah tertutup kandungannya, karena usianya sudah tua. Allah menjanjikan keturunan kepada Abraham, pada usia yang tidak mungkin memiliki keturunan.

Namun Abraham percaya kepada janji Allah bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan. Abraham melakukan yang Allah perintahkan. Bagi Abraham, Allah berkuasa, Allah dapat berbuat apa saja diluar kemampuan dirinya.

Abraham tampil sebagai orang yang taat kepada firman Allah, dan percaya kepada janji Allah yang berkuasa. Dan sebagai orang percaya, Abraham senantiasa memuliakan Allah (20). Memuliakan Allah berarti menjalani kehidupan yang Allah kehendaki.

Zaman Perjanjian Baru, persekutuan orang percaya terus bertumbuh. Persekutuan umat Tuhan begitu menguat untuk pengharapan hidup yang kekal. Umat Tuhan menantikan kehidupan kekal itu. Adapun yang mendasari keyakinan mereka adalah bahwa Allah membangkitkan Yesus dari orang mati. Yesus yang mati dan bangkit untuk menjadikan benar. Pengalaman persekutuan yang percaya akan kematian dan kebangkitan Yesus untuk pembenaran umatNya, adalah juga merupakan tindakan iman.

Iman tidak dipengaruhi oleh kondisi/keadaan (19-21) tetapi percaya kepada janji Allah, sebab Allah berkuasa

 

Iman yang dimiliki Abraham, itulah yang hendak Paulus sampaikan kepada jemaat Tuhan yang ada di Roma, dan juga bagi kita saat ini. Paulus menunjuk pada keyakinan, bahwa pengampunan dan pembenaran diberikan dengan cuma-cuma sebagai karunia dari anugerah Tuhan. Ini semua tergantung kepada kasih Allah  dan hanya diterima oleh iman.

Dalam dunia ini, logika menjadi andalan dalam bertindak. Sesuatu yang tidak masuk logika, sulit dipertimbangkan untuk bertindak. Walaupun pada kenyataannya, yang tidak masuk logika dapat menjadi kenyataan.

Kita tidak bermaksud mengabaikan logika, sebab mengabaikan logika dapat dianggap sebagai orang bodoh. Walaupun tindakan orang beriman memang acapkali seperti  orang bodoh.

Yang hendak ditekankan adalah, kita boleh percaya kepada firman Allah. Firman Allah diyakini dengan iman, yang membawa manusia kepada kebaikan dan kebenaran.

Firman ini mengajak kita untuk hidup sebagai orang beriman. Hidup sebagai orang beriman haruslah diwarna dengan memuliakan Allah.  Demikianlah kita hidup sebagai anak-anak Allah sambil  menantikan Janji Allah yang penuh sukacita dan kebahagiaan kekal.

Janji Allah bukan hanya kepada Abraham tetapi juga kepada semua orang, dan kepada kita (sekarang ini).

Abraham yang tidak punya dasar dapat percaya, apalagi kita yang memiliki dasar untuk percaya, yakni Allah telah membangkitkan Yesus.

Anak bukan soal banyak/darah daging, Anak adalah soal kwalitas

Sebagai anak-anak Allah, maka kita adalah ahli-ahli waris dari janji-janjiNya. Anak-anak Allah akan mewarisi kehidupan kekal. Inilah yang telah dijanjikan Allah bagi anak-anakNya. Janji Allah itu begitu indahnya, melampaui segala sesuatu yang  ada pada diri kita.

Kesimpulan Paulus menunjuk kepada dua keyakinan yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu bahwa pengampunan dan pembenaran diberikan dengan cuma-cuma sebagai karunia dari anugerah Tuhan. Bahwa Abraham diterima oleh Allah dan bahwa ia menerima kepastian tentang keturunan. Ini semua tergantung kepada anugerah Allah  dan hanya diterima oleh iman.

Jika kita merasa menderita di dunia ini maka Allah akan mengubahnya di dalam janjiNya. Dan kalau kita sudah merasa memiliki sesuatu di dunia ini, maka itu tidak sebanding dengan yang akan Allah limpahkan bagi kita. (Roma 8 : 18) : ‘Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.’ Segala yang dialami oleh anak-anak Tuhan, tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang. Inilah janji Allah yang akan diterima oleh anak-anak Allah.

Betapa indahnya pengharapan anak-anak Allah.

Tanpa mengurangi pengharapan akan nilai-nilai dunia ini, Paulus mendorong dan menekankan pentingnya pengharapan yang jauh lebih indah. Pengharapan orang percaya bukan sekedar keamanan dan hal dunia ini saja, tetapi pengharapan yang melampaui akal dan pikiran manusia, yang belum dilihat, yaitu pengharapan batin manusia, yaitu tanah air sorgawi. AMIN

 

15 Februari 2021

Kejadian 9:8-17 NUH

                JANJI DAN KUASA ALLAH

 Kisah air bah memberikan banyak perenungan kepada umat manusia. Pertama, mengingatkan manusia bahwa air bah terjadi akibat dosa-dosanya. Begitu buruknya dosa manusia. Terjadi bunuh membunuh ....dst. Kedua, peristiwa air bah juga menunjukkan keadilan dan kemurahan hati Allah. Allah memusnahkan bumi yang dipenuhi dosa, dan Allah di dalam belas kasihNya membaharui dunia ini. Dalam kebaharuan itu, Allah akan memberi keselamatan bagi manusia dan kebaikan atas dunia. Allah memilih Nuh dan  keluarganya, untuk mewujudnyatakan keselamatan itu. Ketiga, Allah mengikatkan diriNya pada suatu perjanjian, bahwa Allah tidak lagi akan mendatangkan air bah.

Keluarga Nuh mengalami ‘peristiwa mengerikan’. Betapa traumanya Nuh beserta keluarganya saat menjalani hidup baru di bumi yang baru saja dilanda air bah.

- Ketika hujan turun, mereka cemas ; bagaimana kalau hujan ini tidak berhenti ?

- Ketika mendengar suara Guntur, mereka akan ketakutan ; apakah air bah akan datang lagi?

Rasa trauma itu sangat mengganggu hidup dan pikiran mereka. Keluarga Nuh membutuhkan jaminan. Setelah tsunami Aceh banyak orang trauma, terlebih orang-orang yang tinggal di pinggir pantai. Mereka bukan hanya gemetar atas gempa yang telah berlalu, tetapi segera was-was dengan datangnya Tsunami.

(Saya teringat dengan gempa di Yogya. Saat hati masyarakat masih gemetaran akibat gempa, satu jam kemudian ada berita bahwa tsunami datang. Semuanya kalut).

Allah mengerti dengan kondisi keluarga Nuh, maka Allah membuat perjanjian dengan Nuh, bahwa Allah tidak akan memusnahkan bumi ini lagi dengan air bah. Allah tidak lagi membinasakan  manusia tetapi mengikutsertakannya sebagai mitra-Nya dalam janji keselamatan.

Untuk meyakinkan mereka, Allah membuat ‘tanda’ untuk menguatkan janjiNya.

Pada ay. 12-13, Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi”. Tanda perjanjian keselamatan Allah yang penuh anugerah dinyatakan melalui simbol busur.

Busur – pelangi = qeset (ibrani)

Pemahaman orang Yahudi dahulu kala, bahwa Allah menghukum segera setiap umat yang berdosa. Allah menghukum setiap orang yang berdosa dengan busur yang dilengkapi dengan anak panah. Busur dipakai oleh Allah untuk memanah setiap umat yang berdosa, sehingga mereka binasa. Karena dosa sudah merajalela, Allah mendatangkan air bah, untuk membersihkan bumi dari perbuatan dosa. 

Selanjutnya, Allah memutuskan untuk membaharui bumi. Allah menandai keputusannya dengan menaruh busurnya di awan, dalam wujud pelangi. Oleh sebab itu, Pelangi itu bermakna ‘tumbuhnya pengharapan dan keselamatan yang baru’. (saya ingat ; jangan menunjuk pelangi).

Busur Allah yang pernah membinasakan kehidupan umat kini berubah fungsi menjadi busur Penebus dan Penyelamat bagi umat yang berdosa. Allah mengubah busur dari senjata menghukum menjadi pengingat untuk  menjaga dan melindungi manusia. Dengan pelangi itu, juga mengingatkan manusia agar mengingat kasih karunia Allah.

Dalam suasana kasih karunia itulah, umat diberi pengharapan dan kesempatan untuk bertobat. Sehingga umat dapat menjaga diri dari dorongan dan daya tarik dunia seperti yang pernah dilakukan oleh orang-orang pada zaman Nuh.

Allah telah berjanji bahwa tidak lagi akan menghukum bumi ini dengan ‘air bah’. Allah telah memenuhi janji-Nya itu selama lebih dari 4.000 tahun. Sebagai umat Tuhan, kita percaya akan janji Allah itu.

Namun demikian kita harus meresponi janji Allah itu dengan sikap yang bijak, yaitu tidak lagi mengulangi dosa-dosa, perbuatan yang tidak berkenan kepada Tuhan, tetapi kita turut serta menjaga dan memelihara bumi ini. 

 

Dalam praktek hidup sehari-hari, betapa sering kita melupakan dan mengabaikan perjanjian keselamatan Allah itu. Hal itu ditandai dengan sikap perjalanan hidup  manusia, yang tidak  menghayati hidup sebagai suatu ziarah iman. Tetapi menjadikan hidup sebagai rangkaian panjang petualangan akan dosa. Padahal relasi khusus yang diikat oleh Allah dalam perjanjian-Nya bertujuan agar kehidupan kita dapat menjadi suatu ziarah iman di mana kita selalu haus kebenaran-Nya. Ketika rasa haus kita tidak lagi terarah kepada kebenaran Allah, maka akan berubah menjadi rasa haus akan kenikmatan dunia ini. Sementara, kenikmatan dunia tidak akan memuaskan jiwa kita.

Namun, jika kita telah berada pada kenikmatan dunia itu, kita perlu bersikap seperti pemazmur (25 : 4 – 5) : “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari”.

Tuhan Yesus, Pelangi Bagi Orang Percaya

Air, api, gempa bumi, angin badai ;  bisa saja memusnahkan mahluk di bumi ini. Namun ada satu jaminan bagi setiap orang percaya, dimana mereka tidak akan binasa oleh sesuatu apapun. Dalam Yoh. 3:16 dikatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Tuhan Yesus Kristus menjadi tanda pelangi bagi setiap orang percaya. Mari kita merendahkan hati di hadapan Tuhan, dengan mendengar ajaranNya, percaya akan firmanNya, dan melakukan perintahNya. Dengan demikianlah kita menikmati janji Allah, yang penuh dengan keselamatan, dimana hidup kekal akan menghampiri kita. AMIN

4 Februari 2021

Yesaya 40:27-31 Minggu, 7 Pebruari 2021

ALLAH KEKUATAN KITA

 

Kitab Yesaya dibagi dalam dua tema besar, pada bagian pertama berbicara tentang hukuman Allah karena dosa (Pasal 1-39), dan pada bagian kedua tentang keselamatan yang dijanjikan (pasal 40-66).

Nas Yesaya 40:27-31 ini merupakan bagian kedua, dimana umat Tuhan sedang berada di pembuangan Babel. Di pembuangan ini, mereka menganggap ditinggalkan oleh Tuhan. Mereka merasa lesu. Seolah-olah Tuhan tidak sanggup menolong mereka. Keadaan ini membuat bangsa ini merasa putus asa dan tidak punya pengharapan lagi.

Di tengah-tengah perasaan seperti itulah, Yesaya mengingatkan agar umat tidak putus asa sekalipun penderitaan melilit kehidupan mereka. Tuhan akan datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya yang berkuasa.

Yesaya menguatkan Israel, bahwa mereka adalah umat yang dikasihi Allah. Yesaya mau menumbuhkan semangat bangsa Israel supaya tidak berputus asa.

Karena bangsa ini dikasihi maka Tuhan akan memberikan kekuatan yang luar biasa kepada umat-Nya. Allah sumber kekuatan yang telah menciptakan langit dan bumi. Tuhan akan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada umat yang tidak berdaya.

Orang yang mendapat kekuatan dari Tuhan akan seperti burung rajawali. Burung rajawali memang burung yang dapat melintasi benua, tidak dapat dikalahkan oleh badai. Berjalan…. Terbang tidak mengenal lelah demikianlah orang yang menanti-nantikan Tuhan.

Umat yang berada pada saat itu di pembuangan (Babel) akan dibebaskan Tuhan. Allah akan memberikan keselamatan bagi umatNya. Keselamatan itu diberikan karena anugerah melalui kuasa Allah sang penebus.

Sekalipun pembuangan yang menyakitkan bagi umat Tuhan, namun bagi Tuhan pembuangan bukanlah hukuman yang kekal melainkan suatu pembinaan (pendidikan). Dengan pengalaman sebagai umat yang terbuang, maka mereka akan mengerti akan maksud Tuhan bagi kehidupan mereka sebagai umat pilihan. Itu sebabnya, sekalipun mereka telah mengalami pembuangan tetapi Tuhan tidak pernah melupakan mereka. Tuhan selalu mengingat umatNya’

 

Dalam menjalani kehidupan ini, kita seringkali menghadapi tantangan dan pergumulan hidup. Tantangan hidup itu bukan karena Tuhan melupakan kita. Tuhan akan selalu menyertai kita. Hanya saja kita perlu melihat makna dari sebuah pergumulan (salib) yang kita pikul. Tuhan sesungguhnya sedang menjadikan kita baru dan berharga dimataNya. Tuhan penuh Kasih, sebab Dia tidak akan pernah melupakan kita, bahkan  Ia telah mengampuni segala dosa pelanggaran serta menebus hidup kita.

Tuhan Yesus telah menebus kita dengan kasih setiaNya. Kita telah dianugerahi keselamatan. Oleh karena itu, dengarlah seruanNya dan hiduplah dengan segala perintahNya. Di dalam Tuhan selalu ada pengharapan baru. Bahkan ketika kita telah berdosa dan dihukum oleh Tuhan, janganlah berputus asa karena Ia adalah Allah yang telah membentuk kita menjadi umat-Nya, dan Ia adalah Penebus kita dan yang akan tetap setia untuk menolong kita. Karena itu, percayakanlah hidupmu senantiasa kepada penyertaan Tuhan.

Dalam kehidupan dunia sekarang ini, manusia seperti dipacu untuk mengejar segala sesuatu. Semestinya manusia sadar, bahwa ia tidak akan pernah memperoleh segala yang ada di dunia ini. Jika manusia menguras energy dan waktu serta perasaan untuk menguasai semuanya, maka manusia itu mendatangkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Dan itu adalah dosa. Dosa itu membuat kita menderita.

Ketika manghadapi cobaan dan penderitaan, janganlah mata kita 100% tertuju kepada masalah itu, tetapi pandanglah kepada Tuhan yang jauh lebih besar dan berkuasa atas masalah yang kita hadapi. Paulus berkata (2 Korintus 12 : 9) : "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Orang yang berharap kepada Tuhan akan dijanjikan :

a.    Kekuatan Allah menyegarkan kita ditengah-tengah kelelahan dan kelemahan, penderitaan dan pencobaan

b.    Kita dimampukan menghadapi persoalan hidup ini, bagai rajawali yang mampu menaklukkan badai, tidak mengenal lelah dan putus asa (Filipi 4:13)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (I Pet 5:7) andalkan lah Tuhan dalam menghadapi segala permasalah hidup, karena terlalu kecil bagi kita untuk memikirkan semua persoalan hidup ini, terlalu kecil mata kita untuk melihat solusi problem yang kita hadapi. Tapi dengan memandang Tuhan, kita diberi semangat baru menghadapi semua pergumulan hidup ini.

Saat-saat sekarang ini, banyak sekali orang merasa lelah, hilang harapan atas kehidupan ini, terutama disebabkan covid19.  Banyak sekali orang merasa putus asa dan kecewa secara berlebihan dan berlarut-larut. Keadaan ini justru melemahkan diri sendiri. Ada baiknya kita move on. Kita menerima situasi ini dengan tetap penuh kehati-hatian, yaitu mengikuti protokol kesehatan.

Kita tidak berdiam diri dan menunggu berakhir covid ini. Tetapi kita tetap beraktifitas menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat dan sukacita. AMIN.