21 Februari 2012

Sentuhan Fisik Bagi Anak Anda


Apakah kita pernah mengungkapkan cinta kepada anak-anak kita melalui sentuhan fisik? Sebuah studi tentang orang tua dan anak menunjukkan bahwa sentuhan fisik yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya hanya terjadi saat mereka melakukan hal-hal yang diperlukan saja. Misalnya, orang tua hanya menyentuh anak-anak mereka saat memakaikan pakaian mereka atau membuka pakaian mereka, atau saat orang tua membantu anak keluar dari mobil. Padahal sentuhan fisik diperlukan lebih dari sekadar itu.

Dr. Ross Campbell mengatakan bahwa sentuhan fisik adalah salah cara untuk menunjukkan cinta kepada anak-anak kita. Karena dengan sentuhan fisik, orang tua memiliki kesempatan yang luar biasa untuk mengajarkan banyak hal kepada anaknya. Beberapa pelajaran yang diterima oleh seorang anak saat ia mengalami sentuhan fisik dari orang tuanya:

Memang Lidah Tak Bertulang


...Memang lidah tak bertulang tak terbatas kata-kata… Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati… Demikian cuplikan lagu yang pernah dipopulerkan oleh Bob Tutupoli di era tahun 80-an.

Sadar atau tidak, ternyata anggota tubuh kita yang terkecil yang kerapkali membuat masalah adalah lidah. Seringkali kita menjadi repot dibuatnya, karena apa yang kita ucapkan tanpa kita pikirkan dulu, bisa menimbulkan kekisruhan atau memperkeruh keadaan.

10 Alasan Untuk Percaya Alkitab


1. Kejujurannya
Alkitab sungguh jujur. Alkitab memperlihatkan Yakub, bapak dari "bangsa pilihan," sebagai seorang penipu. Alkitab juga menggambarkan Musa, sang pemberi Hukum Taurat, sebagai seorang pemimpin yang merasa tidak aman dan keras kepala, yang dalam usaha pertamanya untuk menolong bangsanya sendiri, membunuh seorang laki-laki dan kemudian lari menyelamatkan diri ke padang gurun. Alkitab menggambarkan Daud bukan hanya sebagai raja yang paling dikasihi, panglima perang dan pemimpin rohani, tetapi juga sebagai orang yang mengambil isteri orang lain dan kemudian, untuk menutupi dosanya, bersekongkol untuk membunuh sang suami. Pada satu sisi, Kitab Suci pernah menilai bahwa umat Allah, bangsa Israel, begitu buruk, sehingga Sodom dan Gomora tampak baik bila dibandingkan dengan mereka (Yeh 16:46-52). Alkitab memperlihatkan bahwa sifat alamiah manusia memusuhi Allah. Alkitab memprediksikan masa depan yang penuh dengan masalah. Alkitab mengajarkan bahwa jalan ke Surga sempit dan jalan ke Neraka lebar. Jelaslah, Kitab Suci ini tidak ditulis untuk mereka yang hanya menginginkan jawaban sederhana atau pandangan terhadap agama dan manusia yang ringan dan serba optimis.

Hadir Untuk Turut Menderita


Saat menonton salah satu tayangan TV swasta kita “Jika aku Menjadi”, ada banyak hikmah yang didapat dari sana. Obyek acara itu adalah orang-orang ‘kecil’ yang kehidupan sehari-harinya dipenuhi pergumulan. Subyeknya adalah mereka yang terbiasa hidup dengan fasilitas lengkap. Selalu ada airmata dalam setiap acaranya, airmata dari subyek yang tertumpah setelah sungguh-sungguh merasakan derita si obyek.

Dalam beberapa kali menghadiri suatu peristiwa kemalangan, saya perhatikan orang-orang yang hadir berusaha untuk menghibur,  namun yang terjadi justru makin menambah beban orang yang kemalangan itu. Dengan banyaknya ucapan-ucapan belasungkawa dan kata-kata yang dimaksud untuk menghibur mereka menganggap akan cukup menolong. Padahal, tidak satu pun ucapan dan kata-kata itu yang masuk ke hati orang yang kemalangan itu. Bahkan tidak jarang, justru kata-kata itu menyakitkan perasaan mereka yang kemalangan, “Yah… ini adalah pertanda dari Tuhan, supaya kalian rajin ke gereja!”  Saya rasa, orang yang kemalangan akan tersinggung dengan kata-kata itu. Benar bahwa mereka termasuk orang yang jarang ke gereja, namun apakah harus diumumkan di depan umum? Pada saat kemalangan seperti ini?

Kejadian 9:8-17 (Khotbah Minggu, 26 Februari 2012)


Pelangi: Tanda Janji Kasih Setia Allah

Pendahuluan
Nuh dan keluarganya baru saja melewati suatu peristiwa yang paling mengerikan sepanjang sejarah umat manusia. Semua mahluk di bumi, kecuali mereka yang ada dalam bahtera telah musnah dalam peristiwa banjir besar. Mereka keluar dari bahtera sebagai mahluk hidup yang masih bertahan di planet bumi ini, untuk melanjutkan kehidupan baru sesuai rencana Allah.

Bumi yang semula dipenuhi mahluk berdosa telah musnah oleh murka Allah. Namun dibalik murka Allah itu ada celah pengampunan sebab Allah tidak hanya bermaksud menghukum bumi tetapi juga membaruinya. Nuh, keluarganya dan segala binatang yang ada dalam bahtera terpilih untuk memulai kehidupan yang baru itu. Mereka akan menjalani rangkaian sejarah keselamatan yang telah dirancang oleh Allah.

Janganlah Menjadi Jemaat Yang Egoistis Dan Egosentris


Pendahuluan
Sudah sering diajarkan atau dikhotbahkan dalam Jemaat kita tentang tiga panggilan, tugas dan fungsi gereja, yaitu marturia atau bersaksi, koinonia atau bersekutu dan diakonia atau pelayanan kasih. Yang lain menyatakan tugas, panggilan dan fungsi gereja ialah: pastorat atau penggembalaan, diakonat atau pelayanan kasih dan apostolat atau mengabarkan Injil. Ada juga yang merumuskan tugas, panggilan dan fungsi gereja itu berdasarkan arahnya, yaitu yang arahnya ke dalam (persekutuan, pengajaran, penggembalaan dan pemuridan), yang arahnya ke atas (ibadah yang berisi pujian, doa dan persembahan), dan yang arahnya ke luar atau misi (pekabaran Injil dan pelayanan diakonia kepada orang di luar Jemaat). Sudah sering dikatakan agar Jemaat itu jangan hanya memikirkan dan mengurus dirinya saja dan jangan hanya menyediakan anggaran untuk kebutuhan internal saja. Jika demikian halnya, berarti Jemaat itu sudah menjadi Jemaat yang bersifat egoistis dan egosentris, artinya hanya terarah ke dalam dirinya dan hanya berpusat kepada dirinya sendiri.

Mengenal Potensi Diri


Pengantar
Ada sebuah pertanyaan sederhana yang jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya. Pertanyaan itu ialah, “Siapakah aku?” Sepintas, pertanyaan di atas sangat lucu, bagaimana mungkin kita tidak tahu siapa diri kita sendiri. Tetapi, begitulah memang kenyataannya. Simak saja, kita dengan spontan menjawab jika ditanya, siapa nama anda?, apa pekerjaan anda?, dimana anda tinggal?… Tapi jika pertanyaannya, “siapakah aku?”, kita mengernyitkan dahi, ambil waktu berpikir, bahkan tidak sedikit yang tidak dapat menjawabnya.

"Amazing Grace" (The Story Behind The Song)


Kisah Nyata Di Balik Lagu “Amazing Grace”

Tahun 2006 lalu sebuah film Hollywood, "Amazing Grace" dirilis di Amerika Serikat, Inggris dan Irlandia. Pemutaran di Republik Irlandia diadakan di Buncrana, di tepi Lough Swilly di wilayah Donegal.  Film itu memaparkan kisah William Wilberforce seorang politikus muda Inggris yang berjuang untuk menghapus perdagangan budak di Inggris.

Soundtrack lagu film tersebut adalah “Amazing Grace”. Pernah dengar lagu “Amazing Grace”? Ini sebuah lagu terkenal yang syairnya cukup akrab di telinga orang Kristen. Lagu ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia, setidaknya sebagai gubahan. Lagu “Ajaib Benar Anugerah” dalam Kidung Jemaat No. 40 merupakan salah satunya.

"Amazing Grace" adalah sebuah himne Kristen, liriknya ditulis oleh penyair Inggris yang juga seorang pendeta; John Newton (1725-1807), diterbitkan pada 1779. Dengan pesan bahwa hanya  pengampunan dan penebusan yang memungkinkan  orang terlepas dari dosa-dosa  dan bahwa jiwa dapat dibebaskan dari keputusasaan melalui belas kasihan Allah, "Amazing Grace" adalah salah satu lagu yang paling dikenal di dunia berbahasa Inggris.

Siapakah John Newton, penulis lagu yang terkenal itu? Apakah latar belakang penulisan itu yang indah itu? Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.  Memang jauh dari sempurna, tapi setidaknya lumayan membantu.

Doa Sebelum Makan


Seorang petani Kristen yang taat dan rajin ke gereja suatu hari pergi ke sebuah kota besar. Dia masuk ke sebuah restoran dan duduk di dekat sekelompok pemuda. Saat makanan pesanannya datang, dengan tenang dia melipat tangan, menundukkan kepalanya lalu berdoa.

Salah seorang pemuda menertawai petani itu, katanya dengan suara keras, “Hei, Pak, apakah di tempat asalmu semua juga berdoa sebelum makan?”

Petani tua memandang pemuda itu dan menjawab, “Oh, tidak Nak.. Binatang tidak berdoa.”

Bruno Hagspiel

2 Raja-Raja 2:1-12 (Khotbah Epistel)


Anugerah Pelayanan Berlanjut Dari Elia Ke Elisa

Pendahuluan
Elia adalah guru, pembimbing, mentor Elisa. Selama bertahun-tahun Elisa mengikuti Elia, melihat dan belajar dari dia. Dia melihat Elia melakukan mukjizat, menyelesaikan debat, membawa rekonsiliasi. Elia telah menghabiskan waktunya bertahun-tahun melatih dan mempersiapkan Elisa sebagai pengantinya sampai waktu ketika Elisa akan mengambil jubah kepemimpinannya.

Elia adalah nabi yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Banyak rencana dan karya Tuhan terjadi melalui dirinya, seperti bernubuat supaya hujan turun dan tidak turun (1 Raj 17:1, 18:41-46), menegur penguasa tinggi, raja Ahab (1 Raj 18), mengalahkan nabi-nabi Baal di gunung Karmel (1 Raj 18:20-40) dan lain sebagainya.

Elisa adalah type orang yang setia dan patuh, Ia setia kepada seniornya,  pembimbingnya, mentornya, gurunya. Dalam hal ini, Elia merasa senang, karena dia merasa tidak salah pilih (1 Raj 19:19-21). Kesetiaan Elisa tampak dalam peristiwa perjalanannya dengan Elia, ada 3 kali Elia hendak meninggalkan Elisa, tetapi Elisa tetap bersikeras harus tetap mengikuti Elia, hingga Elia pergi berangkat ke sorga, sesuai dengan perintah Tuhan Allah.

Boss Marah


Sebelum berangkat kerja, seorang Boss, pemilik sebuah perusahaan marah-marah kepada isterinya. Di tengah perjalanan menuju kantornya, mendadak supirnya mengerem mobil. Lagi-lagi dia marah kepada supir disebelahnya. Sampai di gerbang kantornya, karena lama membuka pintu, lagi-lagi dia marah pada satpam.

Sewaktu turun dari mobil, dia melihat 2 orang sedang duduk-duduk di dekat mobil box sambil merokok. Lalu ia mendatangi kedua orang itu sambil berkata, “Berapa gaji kamu sebulan?” orang pertama menjawab, “Satu juta tiga ratus, Pak.” Lalu ke yang satu lagi ia bertanya, “Kamu, berapa?” orang kedua menjawab, “Satu juta lima ratus, Pak.”

ARti CinTa

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.