9 Juli 2012
Amos 7:7-15 (Khotbah, 12 Juli 2015)
TUHAN
MENGHUKUM PENYEMBAH-PENYEMBAH BERHALA
Menjadi hamba Tuhan bukanlah pilihan tetapi
panggilan. Artinya, sekalipun jarang orang bercita-cita menjadi hamba Tuhan
tetapi Tuhan memiliki cara khusus memanggil orang menjadi hambaNya. Setiap
hamba Tuhan memiliki latar belakang yang berbedabeda; ada yang dari peternak,
petani, perampok. Ada juga karena kurang pintar di sekolah sekuler, akhirnya
mengambil sekolah Pendeta. Semua latar belakang itu tidak menjadi soal, yang utama, apakah hamba Tuhan itu melaksanakan
tugas panggilannya. Amos bukanlah orang yang memiliki pendidikan formal, ia
hanya seorang peternak kecil. Tetapi Tuhan yang memanggil Amos menjadi
hambaNya. Tuhan memanggil Amos untuk suatu tugas yang teramat berat. Amos
dipanggil untuk memberi kritik atas ketidakadilan sosial yang terjadi
ditengah-tengah bangsanya.
6 Juli 2012
Yehezkiel 2:1-5 (GKPI, 8 Juli 2012)
TUHAN YANG MENGUTUS PEMBERITA FIRMANNYA
Keunikan panggilan Yehezkiel ; ia adalah bagian
dari orang-orang yang ikut terbuang. Ia turut menderita sebagai orang yang
terbuang. Di tengah-tengah pembuangan dan penderitaan itulah Yehezkiel
dipilih/dipanggil/ditetapkan Tuhan sebagai nabi. Panggilan Yehezkiel ditandai dengan masuknya Roh Allah ke
dalam dirinya. Roh Allah itulah maka Yehezkiel akan dimampukan untuk menyatakan
firman Tuhan. Seorang hamba Tuhan akan dimampukan menyatakan firman Tuhan
apabila ia telah dipenuhi oleh Roh Allah.
Sebagaimana layaknya
nabi, Yehezkiel dipanggil untuk memperingatkan umat agar tidak
menyimpang dari perintah-perintah Allah ; (a) perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta
tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. (b) Ia juga menyatakan
pembaharuan hidup bagi bangsa Israel secara menyeluruh, sebab dosa itu telah
merasuki seluruh sendi kehidupan berbangsa. Untuk mencapai hal itu betapa
pentingnya hidup dengan menuruti kehendak Tuhan.
Yehezkiel diutus
kepada orang-orang pemberontak
melawan Tuhan. Mereka dan nenek moyangnya telah durhaka terhadap Tuhan (3-5). Inilah tugas Yehezkiel yang
sangat berat. Karena kedegilan ; keras kepala dan tegar hati mereka itu, firman
Tuhan kepada Yehezkiel : terserah, mereka mendengarkan atau tidak - ; Yehezkiel tidak perlu pusing dengan itu.
Sebab, jangankan Yehezkiel yang hanya manusia biasa, terhadap Tuhan pun mereka
memberontak dan durhaka. Satu hal yang perlu, sekalipun mereka telah berdosa
dan mengalami penderitaan, Tuhan tidak membiarkan mereka. Tuhan tetap mengutus
hambaNya untuk mengingatkan mereka agar mengalami hidup baru.
Setiap orang yang
telah mengalami hidup baru adalah orang yang telah menerima Roh Allah. Roh
itulah yang berkuasa pada dirinya. Dengan Roh itulah ia menyatakan firman Tuhan
dalam berbagai bentuk : baik melalui khotbah, nasehat, keteladanan dsb. Dengan
demikian, orang lain mengalami pembaharuan hidup.
Resiko orang yang
menyatakan firman Tuhan sangat mungkin diabaikan, ditolak, dicemooh, bahkan
dianiaya. Itulah resiko seorang hamba Tuhan. Tetapi seorang hamba Tuhan harus
menyatakan firman Tuhan.
Lalu, bagaimana kita
mendengar firman Tuhan ? Adakah firman Tuhan itu kita berlakukan di dalam hati
kita. Atau, bukankah kita sering merasa terganggu mendengar firman Tuhan ? Kita
menggerutu, dan merasa sakit hati ketika mendengar firman Tuhan. Kalau
demikian, kita telah menjadi seperti umat Tuhan ; pemberontak, durhaka degil,
keras kepala, dan tegar hati.
Kita semua adalah
orang – orang yang telah menerima Roh Allah. Itu berarti kita semua adalah
hamba Tuhan, yang terpanggil untuk menyatakan firman Tuhan, sehingga banyak
orang mendekatkan diri kepada Tuhan. AMIN
27 Juni 2012
Ratapan 3:22-33 (Minggu, 28 Juni 2015)
TAK
BERKESUDAHAN KASIH SETIA TUHAN
Dalam perjalanan hidup ini berbagai
peristiwa menyertai kita. Dalam setiap peristiwa adakalanya kita dipenuhi sukacita tetapi tak jarang dukacita datang menghampiri. Semua peristiwa itu;
sukacita maupun dukacita perlu lebih sungguh-sungguh kita renungkan ; apakah
kita merasakan keterlibatan Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan ini ?
Kitab Ratapan merupakan suatu renungan bagi
umat Tuhan atas kehidupan ini. Mereka telah dipilih dan diberkati Tuhan menjadi
suatu bangsa yang besar. Tetapi mereka seringkali mengabaikan Tuhan dengan
menyembah berhala dan bersandar pada bangsa lain. Sikap umat yang bersandar
pada kehidupan dunia ini adalah dosa. Akibat dosa itu adalah penderitaan ;
bangsa lain menjajah mereka, kota Yerusalem diluluhlantakkan, dan Bait
Allah dihancurkan. Kehancuran Bait Allah itulah yang sangat memilukan umat
Tuhan, sebab Bait Allah merupakan identitas mereka sebagai umat Tuhan. Situasi
itu membuat mereka hanya bisa meratap dan menangis. Mereka meratapi dan menangisi
dosa dan akibat yang harus mereka tanggung.
20 Juni 2012
Ayub 38:1-11 (GKPI, 24 Juni 2012)
HIKMAT DAN
PENGERTIAN HENDAKLAH TERUS MEMULIAKAN TUHAN
Kitab Ayub mengisahkan perjalanan hidup
seorang manusia saleh. Ayub taat
melakukan firman Tuhan; ia berdoa, melakukan segala kewajibannya, suka
menolong, sopan dan ramah.
Kehidupan Ayub pun penuh dengan kemakmuran.
Ia menikah dan dikaruniai putra-putri. Ia juga memiliki harta yang luar biasa.
Ia menjadi orang yang sangat dihormati. (HAMORAON, HAGABEON, DAN HASANGAPON)
Sampai disini, kita bisa mengatakan : “Pantas Ayub mendapatkan semua itu, sebab Tuhan memberkati yang
berkenan kepadaNya.” Tetapi perjalanan hidup Ayub berubah. Yang berubah
bukan sifat baik atau kesalehan Ayub. Ia tetap saleh dan baik. Tetapi yang
berubah adalah hidupnya ; secara beruntun semua anaknya meninggal, seluruh hartanya ludes. Tidak
cukup sampai disitu, ia juga mengalami penyakit yang luar biasa. Yang
menyedihkan lagi, isterinya mengomel supaya meninggalkan Tuhan yang diimaninya.
Inilah yang kemudian menjadi pergumulan Ayub : “MENGAPA ORANG YANG BAIK MENGALAMI PENDERITAAN ? “
12 Juni 2012
Yehezkiel 17:22-24 (Minggu, 14 Juni 2015)
BERNAUNG DIBAWAH
PERLINDUNGAN TUHAN
Dalam hidup ini kita masing-masing berjuang
untuk menggapai yang kita inginkan ; ada yang telah memperolehnya, ada yang
masih berjuang, tetapi ada yang sudah putus asa. Bagi yang telah berhasil memperolehnya bisa berkata : kudengar,
berkatMu turun.Bagi yang sedang berjuang, teruslah bertekun dan berdoa. Bagi
yang merasa gagal jangan menjauh dari Tuhan. Terlepas dari apakah kita
merasa sudah memperoleh, sedang berjuang, atau merasa gagal ; perlu kita
rasakan penyertaan Tuhan ? Bukankah kita seringkali mengabaikan peran Tuhan di
dalam hidup ini ? Atau, bukankah kita memaksa Tuhan memberikan ‘stempel’ atas
kehendak kita ? Kita hanya bergaul dengan Tuhan saat beribadah atau berdoa.
Lalu saat beraktifitas, kita sepertinya tidak merasakan peran Tuhan. Padahal,
dalam semua hidup ini justru Tuhan yang menentukan. Firman Tuhan berkata ;
(Amsal 16:9) ‘Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang
menentukan arah langkahnya’ (Yeremia 10:23) ‘Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia
tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak
berkuasa untuk menetapkan langkahnya’. Sesungguhnya, Tuhan memiliki peran dalam
segala kehidupan kita. Tuhan mengetahui bahkan sangat menentukan kehidupan
manusia. Karena itu, segala perjuangan dalam hidup ini, kita harus tetap berlindung
pada Tuhan.
1 Juni 2012
Yesaya 6:1-8 (3 Juni 2012)
TREMENDUM
FASCINAN
Firman Tuhan ini mengisahkan tentang
panggilan Yesaya. Dalam panggilan ini, Yesaya melihat Tuhan sedang duduk, dan
jubahnya memenuhi Bait Suci. Betapa mulianya Tuhan dalam pandangan Yesaya.
Yesaya juga melihat para Serafim (malaikat) sedang melayang-layang, sambil
mengumandangkan lagu dengan bersahutsahutan, layaknya paduan suara : "Kudus,
kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
Penglihatan Yesaya ini menggambarkan, bahwa : Tuhan menghendaki
seluruh bumi ini baik adanya, sehingga manusia boleh menikmati sukacita dan
hidup bahagia.
Namun dalam kenyataannya, bangsa dimana
Yesaya berada begitu bobrok. Bangsa itu hidup begitu najis ; jahat, angkuh,
penuh dosa baik tindakan dan perkataan. Yesaya menyadari bahwa dosa itu juga
ada dalam dirinya. Itu sebabnya, Yesaya berkata (ay.5) : "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang
yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.”
Langganan:
Postingan (Atom)